Topcareer.id –Kementerian Kesehatan membeberkan data bahwa 6,1% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental. Bahkan, angka kesakitan dan kematian remaja melonjak drastis.
Dr. Khamelia Malik dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyampaikan bahwa terdapat paradoks pada kesehatan remaja.
Di sisi lain, kata dia, secara fisik masa remaja merupakan periode paling sehat sepanjang hidup dari segi kekuatan, kecepatan, kemampuan penalaran, lebih tahan terhadap kondisi dingin, panas, kelaparan, dehidrasi dan berbagai jenis cedera.
“Justru angka kesakitan dan kematian meningkat hingga 200% di masa remaja akhir ini,” kata Dr. Khamelia dikutip dari rilis berita di laman resmi Kemenkes, dikutip Jumat (13/10/2023).
“Di mana salah satunya disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengendalikan perilaku dan emosi yang mengakibatkan kesakitan dan kematian,” lanjutnya.
Menurutnya yang membuat remaja sulit dipahami adalah ada area otak yang mengalami maturasi lebih cepat dibanding area lainnya.
Baca juga: Apple Watch Bantu Selamatkan Remaja Yang Jatuh Ke Jurang
Otak remaja berkembang dalam keadaan konstan yang berarti remaja lebih cenderung melakukan perilaku berisiko dan implusif, kurang mempertimbangkan konsekuensi dibanding orang dewasa.
Inilah sebabnya penting bagi orang tua untuk membimbing dan menjadi panutan para remaja dalam membangun kecerdasan emosi dan mengambil pilihan yang lebih sehat.
Orang tua ataupun guru perlu membantu remaja untuk mengevaluasi risiko dan mengantisipasi konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil remaja. Selain itu juga mengembangkan strategi untuk mengalihkan perhatian dan energi ke aktivitas yang lebih sehat agar kesehatan mental juga terjaga.
Anggota perhimpunan psikolog Indonesia Nimaz Dewantary mengatakan bahwa edukasi diri sendiri mengenai apa yang tengah dialami anggota keluarga itu akan sangat membantu kestabilan emosi.
Upaya lain yang dapat dilakukan dengan membantu mendapatkan bantuan professional ke psikolog, memberi dukungan dalam menjalani terapi, menghilangkan stigma dan meluangkan waktu untuk diri sendiri akan sangat membantu dalam menangani masalah kesehatan mental.