TOPCAREER.ID – Bagi pekerja social media memang dibutuhkan keterampilan untuk menarik perhatian melalui caption agar konten yang dibagikan bisa menghasilkan jutaan viewer. Anak social media (medsos) juga harus peka, mana konten yang bagus untuk di-share dan mana konten yang hanya sebatas memperoleh link klik.
Mega Agniya sebagai social media content Detik.com membagikan trik-trik sederhana agar caption yang dibuat bisa menarik pembaca atau viewer. “Jadi ketika nulis caption, kamu sudah tahu direction-nya mau dibuat apa. Mau dibuat share atau dibuat langsung link klik. Tergantung direction dari kaminya dan artikel.”
Mega mencontohkan membuat caption yang menarik untuk artikel yang kontennya bertemakan perekonomian. Menurutnya, caption yang menarik bisa diutarakan melalui kalimat tanya sehingga memancing pembaca untuk berkomentar atau sekadar klik.
“Bagaimana caranya anak milenial umur 18-24 tertarik? Masa iya harus ngomongin rincian harga cabai, tapi kalau dibikin ‘harga cabai naik, gimana nih di tempat kamu? Harganya naik juga enggak?’ Terus isu Freeport, misalnya kontraknya diperpanjang. Caranya engange orang dengan, ‘Kalian setuju enggak kontrak Freeport diperpanjang?’ Dari situ mau tahu dong isi artikelnya apa,” jelas Mega.
Itu tadi jika konten artikelnya seputar perekonomian, sementara untuk konten yang bersifat human interest dinilai Mega biasanya lebih mudah untuk menarik perhatian pembaca. Namun, kembali lagi bukan berarti menjelaskan isi konten di artikel tersebut. Misal memberi caption, “Dia punya cerita kayak gini nih. Gimana sih ceritanya, yuk klik di sini.”
“Atau misalnya kayak macet kemarin long weekend. Itu treatment-nya, ‘Mana nih kamu yang lagi ada di situ, yuk share pengalaman kamu yang di sana.’ Bikin caption di luar dari kontennya, dia (pembaca) pasti ngeklik penasaran, dan akan nge-share atau komen. At least, kalau di-share dan komen orang yang enggak tahu akan tahu juga,” papar Mega.
Hal lain yang Mega contohkan adalah terkait debat Pilgub beberapa waktu lalu. Dari segi konten, redaksi memberikan artikel yang berimbang, sementara dari sosial media menarik perhatian dengan saran membuat campaign atau gimmick. Pada debat Pilgub, social media Detik.com menyajikan gimmick berupa komik gift yang diharapkan mampu menjangkau semua kalangan pembaca.
“Kami share di medsos, tetap tujuan link klik, tapi harapan terbesar kami adalah orang bisa share. Dengan banyak share itu akan berbanding lurus dengan luasnya jangkauan orang yang akan ngklik link kita. Makanya sebisa mungkin kontennya shareable,” ujar Mega.
Mega mengibaratkan proses penyebaran konten berita melalui social media layaknya multi level marketing (MLM). Dari share berita yang dihasilkan satu orang, maka follower-follower yang sebelumnya tidak mengetahui konten Detik.com, akan ikut melihat berdasarkan hasil satu kali share tersebut.
“Direction-nya akan ngambil iklan baru di timeline . Semakin banyak yang nge-share semakin banyak yang nge-like semakin banyak juga yang akan lihat. Makanya kenapa kita ngebangun engagement-nya dengan caption bertanya, dan ajakan interaksi,” ucap Mega.
Meski Mega menyarankan arah caption dibuat pertanyaan, namun ia juga memberikan contoh caption yang bisa menarik minat membaca tanpa membuat kalimat tanya. Namun, tetap membuat orang lebih penasaran akan isi konten yang dibagikan.
“Bikin caption-nya ngegantung bisa. Misalnya artikel lifestyle yang menyebutkan 5 tips, caption-nya bisa dibikin ‘Nomor dua pasti cocok buat kamu.’ Nah, itu akan bikin orang penasaran. Atau konten soal zodiak, ‘Taurus kayak gini, gimana nih sama zodiak kamu.’ Ngundang orang buat ngeklik.”
Formula lainnya untuk meraih banyak viewer melalui social media adalah dengan memviralkan hashtag yang dibuat sendiri, bukan mempopulerkan hashtag yang sudah ada atau “nempel” di orang.
“Beberapa momen pake hastag khusus. Kan ada yang nempel dari trending topic. Kayak momen 411, kita bikin sendiri hashtagnya, karena yang kita kejar adalah trending topic. Tapi, enggak tiap momen bikin hashtag, momen-momen bagus untuk branding,” tandas Mega.
Mega juga memberikan saran terkait pemakaian Facebook Ads. Banyak orang berpikiran Facebook Ads digunakan untuk sesuatu yang memiliki nilai rendah sehingga dibantu agar memiliki nilai yang rata-rata sama tinggi. Padahal, Facebook Ads bisa lebih bemanfaat jika membantu artikel yang sudah punya nilai tinggi.
“Justru artikel yang sudah tinggi, gimana caranya menjangkau lebih banyak lagi dengan Facebook Ads. Bukan yang kecil digedein, tapi yang udah tinggi ditambahin lagi. Dari situ kami tahu, berarti orang suka konten ini. Percuma nge-ads konten yang enggak menarik. Mendingan ya udah ketauan yang disuka pembaca medsos, itu yang di-ads.”