TopCareer.id – Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Monash University, Indonesia, menyoroti upaya mitigasi risiko penularan malaria di wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN).
Kajian ini berjudul “Mitigating risks of malaria and other vector-borne diseases in the new capital city of Indonesia” dan diketuai oleh Henry Surendra, Associate Professor dan koordinator program Master of Public Health, Monash University, Indonesia.
Kajian yang dimuat di jurnal Nature Communications ini juga menyoroti upaya mitigas risiko dari penyakit yang ditularkan melalui vektor (nyamuk), seperti demam berdarah, zika, chikungunya, dan Japanese Encephalitis.
Untuk mengoptimalkan upaya penanganan malaria dan penyakit tular vektor lainnya, Henry dan tim merekomendasikan penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana perubahan lingkungan, perilaku vektor, dan mobilitas manusia berkontribusi terhadap penyebaran penyakit.
Ia mengatakan, dengan kemajuan teknologi seperti data satelit dan perangkat AI, ada potensi untuk memantau perubahan secara real-time dan menyempurnakan rencana tata ruang, untuk mengurangi risiko kesehatan pada pembangunan kota seperti IKN.
Baca Juga: OIKN-UI Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis Buat Pekerja IKN
“Mengingat skala pembangunan IKN dan potensi dampaknya di seluruh Kalimantan Timur, penting bagi para pemangku kepentingan terkait untuk membina kolaborasi lintas batas dengan provinsi sekitar dan juga negara tetangga,” kata Henry.
“Pendekatan multidisiplin akan memastikan bahwa tantangan kesehatan, ekologi, dan sosial ditangani secara komprehensif,” ujarnya, dikutip dari siaran pers, Senin (16/12/2024).
Sementara, peneliti senior Iqbal Elyazar menambahkan, dengan berfokus pada isu-isu mendesak seperti eliminasi malaria, mereka ingin mendorong kebijakan berbasis riset, seraya menciptakan perubahan yang berarti di berbagai tingkat wilayah.
“Kebutuhan akan strategi adaptif, terutama terkait ambisi Indonesia bebas malaria pada 2030, menggarisbawahi pentingnya pendekatan yang lebih informatif dan kolaboratif dalam mitigasi malaria di seluruh Indonesia,” kata Iqbal.
Baca Juga: Australia Jadi Favorit Mahasiswa RI Tempuh Pendidikan, Ini Alasannya
Manajer Program Malaria Nasional, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, Helen Prameswari mengatakan bahwa mereka, Otorita IKN, dan pemerintah daerah setempat menaruh perhatian besar dalam upaya mitigasi risiko kasus malaria.
“Salah satu buktinya adalah melalui pembentukan Gugus Tugas Bebas Malaria pada Mei lalu, yang menyasar populasi pekerja konstruksi, buruh migran, dan pekerja kehutanan setempat,” kata Helen.
“Diperlukan juga kerjasama lintas ilmu dan lintas sektor, mulai dari pusat sampai daerah,” Helen menambahkan.
Alex Lechner, Vice President of Research Monash University, Indonesia menambahkan, urbanisasi yang cepat dan perubahan iklim menimbulkan tantangan yang signifikan, bagi pembangunan berkelanjutan di wilayah rentan malaria seperti Indonesia.
“Penelitian kolaboratif dan solusi inovatif sangat penting untuk mengatasi dampak kesehatan dan lingkungan dari proyek infrastruktur skala besar seperti di IKN,” kata Alex.