Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

EdukasiTren

Studi Deloitte: 20 Persen Gen Z di RI Putuskan Tak Lanjut Pendidikan Tinggi

Ilustrasi studi Federal Reserve New York, gelar teknik jadi jurusan kuliah dengan pendapatan tertinggi.Ilustrasi perguruan tinggi S1 (Pexels)

TopCareer.id – Banyak Gen Z dan Milenial di Indonesia dan dunia, yang memilih tidak melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi atau kuliah. Hal ini terungkap dalam laporan yang dilakukan oleh Deloitte.

Laporan bertajuk Gen Z and Millennial Survey 2025 ini memuat hasil survei terhadap lebih dari 23.000 responden di 44 negara, termasuk 535 responden dari Indonesia.

Laporan mengeksplorasi pandangan serta pengalaman Gen Z dan milenial terhadap dunia kerja dan masyarakat secara lebih luas.

Mengutip data yang diterima TopCareer.id, Sabtu (24/5/2025), 20 persen Gen Z dan 19 persen milenial Indonesia menyatakan telah memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan tinggi.

Baca Juga: Menaker Ungkap 3 Pekerjaan Ini Dibutuhkan di Masa Depan, Tapi Keahliannya Langka di Indonesia

Sementara secara global, angka responden yang memutuskan tidak lanjut kuliah mencapai 31 persen untuk Gen Z dan 32 persen untuk milenial.

Pada responden di Indonesia, ada beberapa alasan mengapa mereka memutuskan untuk tidak mengejar pendidikan yang lebih tinggi yaitu:

  • Kendala keuangan (Gen Z: 56 persen, Milenial: 38 persen)
  • Kondisi keluarga/pribadi (Gen Z: 45 persen, Milenial 41 persen)
  • Keinginan untuk lebih fleksibel dan belajar sendiri (Gen Z: 39 persen, Milenial: 33 persen)
  • Mencari jalur karier yang tidak membutuhkan pendidikan tinggi (Gen Z: 36 persen, Milenial: 44 persen)
  • Berencana untuk berwirausaha (Gen Z: 30 persen, Milenial: 23 persen)

Baca Juga: Micro-Retirement, Tren Pensiun Singkat ala Gen Z dan Milenial

Selain itu, ada beberapa kekhawatiran terkait sistem pendidikan tinggi yang dilaporkan dari Gen-Z dan Milenial di Indonesia yaitu:

  • Biaya kuliah tinggi (Gen Z: 57 persen, Milenial 63 persen)
  • Kualitas pendidikan (Gen Z: 47 persen, Milenial 51 persen)
  • Relevansi kurikulum dengan pasar kerja (Gen Z: 29 persen, Milenial 30 persen)
  • Kesempatan terbatas untuk pengalaman praktis (Gen Z: 18 persen, Milenial 14 persen)
  • Kurangnya fleksibilitas dalam pilihan pembelajaran (Gen Z: 17 persen, Milenial 14 persen)

Survei ini meminta pandangan 14.751 Gen Z dan 8.731 milenial (total 23.482 responden), dari 44 negara di Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa Barat, Eropa Timur, Timur Tengah, Afrika, dan Asia-Pasifik.

Sementara di Indonesia, terdapat total 535 responden yang terdiri dari 326 Gen Z dan 209 milenial. Pengumpulan data dilakukan antara 25 Oktober dan 24 Desember 2024.

Gen Z adalah mereka yang lahir antara Januari 1995 dan Desember 2006, sementara responden milenial lahir antara Januari 1983 dan Desember 1994.

Leave a Reply