TOPCAREER.ID – Yang terbaru pelawak senior Nunung, menambah deretan artis yang terjerumus dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Tak jarang di antara mereka malah sedang naik daun. Tingkat popularitas dan gaya glamor sang artis seakan menjadi santapan empuk pengedar narkoba.
Lalu, masih ingat dengan kasus narkoba yang menimpa Sammy Simorangkir? Kala itu ia tengah mendulang kesuksesannya bersama Kerispatih. Hingga pada 2010, polisi menciduk vokalis yang hits dengan lagu-lagu cinta itu di kamar kosnya dan menemukan paket sabu serta alat isap.
Lantaran kasusnya terjerat narkoba, Sammy pun didepak dari Kerispatih dan menjalani hukuman satu tahun penjara. Hasil yang ia tuai akibat bersentuhan dengan obat-obatan terlarang itu harus ia tanggung. Sammy kembali merangkak meniti karier sebagai solois selepas kasus narkoba yang menjeratnya.
Memang ada pengaruh antara karier artis yang sedang naik daun dengan penggunaan obat-obat terlarang atau narkoba. Hal itu juga dituturkan oleh Psikolog Baby Jim Aditya. Menurutnya, artis yang memiliki pendapatan besar dan cenderung lebih mudah mendapatkannya, maka akan sering menjadi sasaran pengedar narkoba.
Pekerjaan seorang publik figur erat kaitannya dengan tuntutan gaya hidup yang serba keren dan glamor. Selain itu, jadwal kerja yang serba padat pun mengharuskan sang artis untuk selalu tampil energik agar tampak profesional.
Menurut Baby, penggunaan stimulan memang diharapkan mampu menunjang kerja sang artis yang begitu padat. Namun, lantaran salah pemahaman, narkoba malah menjadi shortcut bagi publik figur untuk menyokong stamina selama bekerja dan bersosialisasi.
“Uang banyak, relatif gampang ya untuk artis yang lagi naik daun. Sementara pekerjaannya sendiri membutuhkan kepandaian untuk lobi-lobi, gaul. Kalau pakai sabu, efeknya orang jadi hiperaktif, jadi banyak omong, kelihatannya menunjang kerja mereka. Dalam hal ini narkoba bukan sesuatu yang benar, tapi bisa dipakai karena enggak paham bahayanya,” kata Baby saat dihubungi TopCareer.id.
Jika diingat kembali, di antara artis yang tersangkut kasus narkoba itu bahkan sampai ada yang tertangkap dua kali. Sebut saja, Roy Marten yang terciduk polisi atas kepemilikan 3 gram sabu-sabu pada Februari 2006. Setelah dipenjara sembilan bulan, Roy kembali ditangkap polisi pada 2007 di Surabaya.
Kemudian ada aktor muda, Revaldo yang juga tertangkap tangan sedang berpesta narkoba pada 2006. Dan setelah bebas, ia harus kembali berurusan dengan polisi pada 2010, lagi-lagi lantaran kasus pemakaian narkoba. Sebelum penangkapannya atas kasus kepemilikan narkoba, karier Revaldo seolah berada di atas angin.
Revaldo yang akrab dengan image Rangga Ada Apa dengan Cinta (AADC) versi sinetron ini harus rela kariernya redup karena tersandung kasus narkoba. Tak hanya sinetron, tawaran bermain film pun juga mendatanginya kala itu.
Baby menjelaskan bahwa faktor “aji mumpung” juga sering menghampiri seseorang yang tengah berada dalam puncak karier. Seolah tak ingin kehilangan kesempatan di setiap load pekerjaan, lagi-lagi menuntut artis untuk selalu bertenaga.
“Sekarang badan kapasitasnya cuma segitu-segitunya, dipaksa untuk kerja yang kapasitasnya melebihi. Kan kalau lagi di puncak-puncaknya gitu sayang dong tidur lama-lama. Artinya dia butuh tenaga lebih banyak dong, dipakailah cara-cara yang tidak alamiah, shortcut itu tadi,” papar Baby.
Baby menyampaikan, ada efek yang tidak dipikirkan lebih jauh oleh artis-artis yang terjerat narkoba ini. Meski tujuannya untuk menjaga stamina demi menunjang pekerjaan, namun narkoba tetaplah memiliki beragam efek negatif berbahaya. Salah satunya efek ketergantungan lantaran adanya zat adiktif.
Ada juga yang menggunakan ganja sebagai obat penenang lantaran aktivitas yang sudah begitu padat. Karena efek halusinogen yang terdapat dalam ganja, maka penggunanya seolah bisa merelaksasikan diri, begitu pula pada artis yang memang memiliki jadwal pekerjaan yang penuh. Baby melanjutkan, sebenarnya banyak faktor penunjang mengapa artis bisa terjerat narkoba.
“Ini kan kombinasi dari macam-macam faktor. Lack of knowledge, lack of awarness, lack of dangerous of drugs, mudah mendengarkan saran orang lain, peer pressure. Rendahnya pengetahuan mana stimulan, mana depresan, mana halusinogen. Itu semua kombinasi yang beririsan, bahkan enggak cuma untuk artis.”
Badan Narkotika Nasional (BNN) pun menyebutkan jika kalangan artis kerap menjadi sasaran empuk pengedar narkoba lantaran kemampuan keuangan, gaya hidup, serta beban kerja yang mereka lalui. Harga narkoba yang relatif mahal ini seakan mudah dibeli oleh artis dengan kemampuan finansial tinggi, apalagi bagi mereka yang kariernya tengah melesat.
“Itu pengaruh besar, gaya hidup dan finansial. Narkoba sendiri kan mahal, 1 gram sabu Rp1,8 juta kalau candu sehari bisa habis, kalau tidak ya dipakai beberapa orang kan cepat habis, hitung saja kalau seminggu pakai 3 gram berapa uangnya,” kata Kepala Satuan Narkoba Polres Jakarta Barat Ajun Komisaris Besar Suhermanto beberapa waktu lalu.