Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Tuesday, April 30, 2024
redaksi@topcareer.id
Covid-19

Virus Corona Baru Asal Inggris Tak Separah yang Dikhawatirkan

Kasus Positif Covid-19 Meledak, Ini Analisis Epidemiolog UGMVirus corona COVID-19. (ilustrasi: pexels)

Topcareer.id – Pandemi virus corona telah berlangsung lebih dari satu tahun. Sudah banyak penelitian dan studi oleh para ilmuwan di seluruh dunia.

Berikut ini ringkasan dari beberapa penelitian terbaru tentang novel coronavirus dan upaya menemukan pengobatan untuk COVID-19.

Varian Inggris COVID-19 tidak separah yang kita khawatirkan
Varian asal Inggris ini ternyata tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah pada pasien di rumah sakit. Ini menurut sebuah studi baru yang terbit dalam jurnal medis The Lancet Infectious Diseases pada hari Senin (12/4).

Strain yang dikenal sebagai B.1.1.7 teridentifikasi di Inggris akhir tahun 2020, dan telah menjadi strain paling umum di AS, menurut CDC.

Studi tersebut menganalisis 496 pasien COVID-19 di rumah sakit Inggris pada November dan Desember tahun lalu. Studinya membandingkan hasil pada pasien yang terinfeksi B.1.1.7 atau varian lain.

Para peneliti tidak menemukan perbedaan dalam risiko penyakit parah. Begitu juga dengan kematian, atau hasil klinis lainnya pada pasien dengan B.1.1.7 dan varian lainnya.

“Data kami, dalam konteks dan keterbatasan studi dunia nyata. Data ini memberikan kepastian awal bahwa tingkat keparahan pada pasien di rumah sakit dengan B.1.1.7, tidak jauh berbeda dari keparahan pada mereka yang tidak,” kata para peneliti.

Vaksin masih efektif

Vaksin kemungkinan besar efektif melawan varian Inggris. Ini karena tidak ada peningkatan yang jelas dalam tingkat infeksi ulang bila membandingkannya dengan varian non-Inggris.

Baca juga: Fakta-Fakta Varian Virus Corona Baru Dan Cara Mencegah Agar Tak Terpapar

Perawatan penyakit autoimun dapat mengurangi respons vaksin
Waspada jika menggunakan obat imunosupresif untuk penyakit inflamasi seperti rheumatoid arthritis, multiple sclerosis, dan ulcerative colitis. Penggunaannya dapat mengganggu respons tubuh terhadap vaksin COVID-19 dari Pfizer / BioNTech dan Moderna.

Pada 133 orang yang mendapat vaksin penuh dengan kondisi seperti itu, tingkat antibodi dan netralisasi virus sekitar tiga kali lipat lebih rendah ketimbang kelompok pembanding dari individu yang tidak meminum obat tersebut.

Namun, masih belum jelas apakah penurunan tingkat antibodi akan mengakibatkan penurunan perlindungan dari infeksi atau rawat inap.

Yang memprihatinkan adalah penurunan 10 kali lipat dalam tingkat antibodi yang terinduksi oleh vaksin yang terlihat pada pasien yang secara rutin menggunakan steroid seperti prednison dan metilprednisolon.

Penurunan respon vaksin sebesar 36 kali lipat terlihat dengan obat-obatan yang menguras sel B, termasuk Roche’s Rituxan (rituximab) dan Ocrevus (ocrelizumab).**(Feb)

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply