Topcareer.id – Pandemi Covid-19 seperti kita tahu telah memaksa dunia pendidikan menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh.
Hal ini awalnya dimaksudkan agar kegiatan belajar mengajar tetap berlanjut, tanpa perlu meningkatkan risiko penyebaran Covid-19.
Nah, di dalam prakteknya, ada sejumlah kesulitan yang dialami oleh anak-anak, ketika mengikuti pembelajaran jarak jauh.
Berikut 10 di antaranya, seperti dilansir dari Panduan Orang Tua dalam Menghadapi Pembelajaran Tatap Muka, yang dirilis oleh Satgas Penanganan Covid-19.
- Anak sulit konsentrasi saat proses pembelajaran
- Adanya keterbatasan sarana, pendukung proses pembelajaran termasuk perangkat TIK (komputer, laptop, gawai) dan jaringan internet
- Anak kurang bersemangat
- Anak kesulitan berkomunikasi dengan guru
- Guru mengalami kendala untuk mengawasi dan mengevaluasi capaian pembelajaran anak
- Pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam mendampingi proses pembelajaran anak di rumah.
- Anak maupun orang tua belum mampu mengoptimalkan media yang ada
- Tidak/kurang memiliki media pembelajaran
Baca juga: Pembelajaran Jarak Jauh buat Jutaan Anak Asia Selatan alami Kemunduran
Dalam buku tersebut, Satgas juga menyebutkan mengenai adanya kebijakan untuk memberlakukan kembali Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah. Berikut ketentuannya.
- Tidak harus bersamaan atau serentak
- Untuk informasi dukungan dan kesiapan sekolah melaksanakan PTM, orang tua dapat bertanya kepada perwakilan orang tua yang tergabung dalam Satuan Tugas Penanganan COVID-19 di sekolah atau guru
- Sekolah diizinkan oleh PEMDA dan orang tua
- Sekolah sudah mengisi daftar kesiapan
- PTM sifatnya terbatas
- Sekolah memastikan protokol kesehatan yang ketat
- PTM diawali masa orientasi dan adaptasi, tidak langsung kegiatan PBM
- Jumlah siswa satu kelas maksimal 50% dari jumlah siswa dalam satu periode waktu tertentu
- Kegiatan PTM maksimal 2 jam dalam setiap pertemuan
- Kegiatan PTM dalam 1 minggu hanya 2-3 kali pertemuan
“Ya karena jika PJJ anak hanya di
depan monitor, padahal orang kan
makhluk sosial sehingga ada keinginan bertemu dengan teman, guru, bukan sekadar untuk sekolah tapi juga untuk berinteraksi,” ujar gustinus Subardono Pakar Kebijakan Publik UGM terkait hal itu.**(Feb)