Topcareer.id – Para pemimpin negara-negara Kelompok 20 (G20) membuka pembicaraan pada hari Selasa (15/11) di pulau Bali, dengan permohonan oleh tuan rumah Indonesia untuk persatuan dan tindakan nyata dalam memperbaiki ekonomi global meskipun ada keretakan mendalam atas perang di Ukraina.
“Kita tidak punya pilihan lain, kolaborasi diperlukan untuk menyelamatkan dunia,” kata Presiden Indonesia Joko Widodo dalam sambutan pembukaan.
“G20 harus menjadi katalis untuk pemulihan ekonomi inklusif. Kita tidak boleh membagi dunia menjadi beberapa bagian. Kita tidak boleh membiarkan dunia jatuh ke dalam perang dingin lagi.” Kata Joko Widodo.
G20, yang mencakup negara-negara mulai dari Brasil hingga India, Arab Saudi, dan Jerman, menyumbang lebih dari 80% produk domestik bruto dunia, 75% perdagangan internasional, dan 60% populasinya.
Sebuah tanda positif pada malam KTT adalah pertemuan bilateral tiga jam antara Presiden AS Joe Biden dan pemimpin China Xi Jinping di mana kedua pemimpin berjanji komunikasi lebih sering meskipun banyak perbedaan.
Pertemuan Senin (14/11) adalah pertama kalinya keduanya bertemu secara langsung sejak Biden menjadi presiden.
Pembicaraan mereka tampaknya menandakan peningkatan hubungan antara negara adikuasa setelah menurun dalam beberapa bulan terakhir.
Perang Ukraina dan lonjakan inflasi global membayangi KTT G20.
Invasi tersebut memicu seruan oleh beberapa pemimpin Barat untuk memboikot KTT dan menarik undangan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Indonesia menolak untuk menarik undangan Putin.
Baca juga: KTT G20 Diprediksi Sumbang Rp7,4 Triliun dan Serap 33 Ribu Pekerja
Rusia mengatakan Putin terlalu sibuk untuk menghadiri KTT dengan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov menggantikannya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy berpidato di KTT melalui tautan video, menurut tweet oleh duta besar UE di Indonesia.
Charles Michel, Presiden Dewan Eropa mengatakan ada kesepakatan di antara para pejabat pada komunike teks pada Senin malam, yang ia gambarkan sebagai “hal positif”.
Para pemimpin G20 akan mengecam penggunaan, atau ancaman apa pun untuk menggunakan, senjata nuklir. Namun, komunike seperti itu perlu dikonfirmasi oleh para pemimpin.**(Feb)