Topcareer.id – kerja lembur bukan pemandangan yang luar biasa bagi pekerja. Bahkan, demi menampilkan performa memuaskan atau sekadar mendapat tambahan cuan, lembur bisa jadi jalan aman pekerja zaman sekarang.
Sayangnya, bukan cuma hal positif soal performa atau cuan tambahan yang didapat dari lembur ini, tapi juga ancaman risiko kesehatan yang bisa mengintai kapan saja.
Dosen Keperawatan Jiwa FIK UM Surabaya Uswatun Hasanah menyebut, terlalu sering kerja lembur memberikan dampak negatif bagi kesehatan mental seseorang.
“Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, di antara masalah kesehatan mental yang berisiko tinggi dialami oleh pekerja yang sering lembur diantaranya adalah kecemasan dan depresi,” kata Uswatun dikutip dari laman resmi UM Surabaya pada Sabtu (10/12/2022).
Lebih lanjut ia menyebut, sebuah studi menemukan bahwa orang yang bekerja lebih dari 40-90 jam per minggu memiliki risiko lebih besar mengalami depresi dan kecemasan baik pada pekerja laki-laki maupun pekerja perempuan.
Baca juga: Tips Miliki Keuangan Yang Sehat Untuk Generasi Sandwich
Beberapa gejala kecemasan dan depresi yang muncul pada orang yag sering lembur di antaranya sulit tidur, sulit menikmati kegiatan, aktivitas yang dilakukan atau hobi, merasa stress, selalu khawatir tidak dapat menyelesaikan pekerjaan atau memenuhi target, merasa tidak puas dengan hasil kerja yang dilakukan, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
“Munculnya masalah kecemasan dan depresi saat lembur disebabkan oleh berkurangnya waktu yang digunakan untuk beristirahat, melakukan perawatan diri, tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan hobi dan liburan bersama orang-orang terdekat,” tambah Uswatun.
Oleh sebab itu, lanjut Uswatun, diperlukan keseimbangan antara kehidupan bekerja dan kehidupan pribadi, selain itu perlu juga membuat batasan yang jelas kapan waktu bekerja dan kapan waktu berlibur.
“Menikmati hobi, menjaga kesehatan, mengkonsumsi makanan sehat, aktivitas fisik yang cukup sehingga kesehatan mental dapat terjaga,” tandas Uswatun.