Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Friday, March 29, 2024
redaksi@topcareer.id
Profesional

Seksolog di Indonesia Antara Ada Tiada

Ilustrasi

Lagi-lagi tema obrolan pendidikan seks bukan menjadi tema yang nyaman ditelinga banyak kalangan di Tanah Air. Menurut Seksolog dan Hypnotherapist, Baby Jim Aditya, bicara seks di Indonesia bahkan secara umum saja atau mendasar, dirasa sulit. Ia lantas membandingkan kondisi itu dengan luar negeri yang terkesan lebih terbuka soal obrolan seks.

“Minimal, di luar negeri ada di dalam sistem tentang pembelajaran seksualitas. SD sudah dikasih secara bertahap. Umur sekian sudah harus ngerti, misalnya dasar-dasar mengenal organ tubuh. Kelas sekian sudah tahu fungsi reproduksi dan dampak-dampaknya. Umur sekian harus ngerti kontrasepsi. Nah, kalau di Indonesia kan enggak. Semuanya nol,” kata perempuan yang akrab disapa Baby ini.  

Kepada TopCareer.id, Baby malah lantang berujar mayoritas orang Indonesia tidak pernah menganggap pelajaran seks itu sebagai hal penting dan mendasar. Anggapan itu lantas berimbas pada minimnya perhatian terhadap peran seksolog dan psikolog klinis dalam pendidikan seks.

“Kalau pergi ke SD atau SMP pertanyaan anak laki-lakinya itu ‘Mbak ciri-cirinya perempuan enggak perawan apa sih?’ Mbak, gimana supaya pacar aku tuh enggak usah mens?’ SMP kelas satu tuh begitu. Aku kan selalu bikin kuesioner, apa sih perilaku-perilaku mereka, supaya kelihatan. Mereka terbuka sama aku, karena mintanya ya berdua saja, enggak ada pihak otoritas, jadi mereka bebas,” ujar Baby yang juga seorang aktivis AIDS.

Lebih dalam lagi, ia menilai pekerjaan sebagai seksolog itu merupakan pekerjaan yang rumit. Mirisnya ia malah menggambarkan bahwa menjadi seorang seksolog harus rela diberi label negatif.

“Karena kalau orang ini (psikolog) enggak tahan, dia akan mental juga. Karena nanti jatuhnya kayak orang yang suka ngomong jorok. Orang yang bercandanya vulgar. Kadang-kadang orang kepelesetnya kami murahan, padahal enggaklah. Kami belajar dengan ilmu,” papar Baby.

Ia membeberkan, pekerjaan seksolog merupakan pekerjaan yang mengandung dua pendekatan, satu pendekatan kejiwaan dan yang satu medikal. Baby bertutur bahwa konteks pekerjaan yang ia lakukan sangat lebar variasinya.

“Misalnya yang banyak itu mulai dari kecemasan dan trauma-trauma terkait orientasi seksual, yang berbeda daripada umum atau dominan. Kalau di masyarakat itu kan ditetapkan oleh yang dominan. Misalnya yang dominan adalah heteroseks, maka norma-norma heteroseks yang berlaku, kami sebutnya heteronormativitas,” jelas dia.

“Karena norma-norma mengikuti standar heteronormativitas, di luar ini (heteronormativitas) disebutnya abnormal. Tapi bukan berarti dia sakit atau enggak normal. Kebanyakan orang kurang baca dan kurang mau belajar, jadi seenaknya saja kalau ngomong. Ini hanya semacam variasi.”

Leave a Reply