TOPCAREER.ID – Virus Korean wave atau Hallyu rupanya berimbas pada imej pendidikan dan dunia kerja di Korea Selatan (Korsel). Tidak sedikit pelajar dan profesional dari Indonesia yang mulai melirik negeri K-Pop tersebut.
Menurut Founder Namsan Korean Language Course (Namsan Course), Nesya Amellita, ketertarikan orang Indonesia yang ingin studi ke Korea Selatan saat ini sudah seimbang dengan yang berminat studi ke Jepang. Kuliah di Korea kini dianggap lebih keren, apalagi dengan imej Korsel sekarang yang punya virus Hallyu.
Sebagai lembaga kursus bahasa, Namsan Course menyediakan program khusus konsultasi bagi mereka yang ingin studi ke Korea Selatan. Mulai dari konsultasi memilih universitas, persiapan masuk, hingga info seputar beasiswa yang ada di Korea serta cara mendapatkannya.
“Animo yang nanyain untuk studi ke Korea banyak. Makanya dari 2016, kami usahain Namsan jalin kerja sama dengan Haneul Education. Semacam education consultant Korea. Dan mereka punya informasi banyak tentang universitas apa yang bisa nyediain beasiswa untuk program bachelor, program master, atau short course,” kata Nesya kepada TopCareer.id.
Melalui link konsultan pendidikan Korea langsung, Namsan banyak menerima berbagai informasi seputar studi dan beasiswa. Mulai dari beasiswa pemerintah Korsel, hingga beasiswa yang dikeluarkan oleh masing-masing universitas ternama di Korea.
“Beasiswa di Korea banyak banget, ada Korean Goverment Scholarship Program (KGSP), ada yang beasiswa seni ke Korea. Apalagi, orang mikirnya sekarang seni di Korea lagi booming banget, kayak act performance. Ada yang bilang kalau beasiswa di Korea itu lebih gampang dapetnya daripada beasiswa di tempat lain,” ujar perempuan lulusan Universitas Indonesia ini.
Kemudahan mendapat beasiswa itu kembali lagi pada beasiswa yang untuk universitas apa, lalu tergantung jurusannya apa, dan mau mengikuti program apa. Nesya menambahkan, semua itu bisa didapat asalkan punya modal fasih dalam berbahasa Korea, baik dalam komunikasi verbal maupun nonverbal. Dan kemampuan berbahasa Korea itu diwujudkan dalam Test of Proficiency in Korea (TOPIK).
“Itu mereka kalau mau ambil sertifikat TOPIK, mau enggak mau harus belajar bahasa Korea dulu kan. Kadang kalau mau yang full scolarship, semuanya di-cover mulai dari tuition fee, cost of living, atau segala macem. Itu dituntutnya mereka paling enggak punya TOPIK yang sertifikatnya level 4,” ucap Nesya.
“Kalau kayak KGSP itu cuma ada satu kali dalam setahun dan jatahnya cuma satu kursi per negara. Kemungkinan tergantung negaranya, tapi kalau Indonesia cuma dikasih jatah satu kursi. Lalu ada AMA (Art Major Asian), beasiswa yang untuk seni, ada lagi beasiswa yang dari universitasnya.”
Ia menyarankan untuk yang ingin studi ke Korea, perlu belajar bahasa secara intens. Di samping bertujuan lolos tes TOPIK, nantiya akan lebih mudah dalam mengikuti perkuliahan di Korea. Nesya merekomendasikan kelas privat di Namsan Course bagi mereka yang kebutuhannya urgent untuk studi.
“Kelas privat ada 4 level satu tahapan, jadi ada tahapan basic, level 1-4, ada tahapan lanjutan yang level 5-8. Kalau untuk TOPIK, dia disaranain lanjut level 5-8. Karena kalimatnya lebih rumit, kalimat majemuk, kalimat media,” terang Nesya.
Soal konsultasi studi Korea ini juga akan disesuaikan dengan calon siswa, daftarnya untuk program apa, ingin sekolah di universitas yang mana, kemudian jurusan atau major yang akan dipilih, di kota mana, hingga waktu pendaftaran yang akan dilakukan.
“Waktu pendaftaran itu ngaruh sama harga. Kalau dia ambil di summer itu akan lebih mahal daripada saat autumn. Kalau soal tempat, ngambil di Daejon pasti lebih murah daripada di Seoul. Terus kalau misalnya ambil science pasti lebih mahal dari pada ilmu sosial.”
Itu tadi bagi siswa yang berminat untuk studi atau kuliah di Korea. Nah, untuk yang menunjang karier sendiri juga disediakan. Bahkan, menurut Nesya, Namsan Course ini sudah beberapa kali diminta untuk melakukan training bagi karyawan Indonesia yang bekerja di perusahaan Korea. Jadi, semua karyawan diberikan kursus bahasa Korea untuk menunjang komunikasi dengan pimpinan mereka.
“Karena dari 2013-2017 kami handle corporate juga. Jadi, Korean company yang ada di Indonesia, Jakarta khususnya, yang punya staf mereka harus belajar bahasa Korea, karena atasannya Korea. Corporate class ini ada inclass dan privat juga. Itu enggak tiap tahun ada, jadi tergantung yang request,” ujar dia.
“Tahun 2013 akhir kami juga deal sama Kementerian Perikanan. Itu mereka punya fishing di mana, yang nelayannya kebanyakan orang Korea, mau enggak mau Indonesia harus bisa bahasa Korea. Jadi, di-training sama Namsan Course setelah office hours.”
Nesya menambahkan, bagi yang ingin bekerja di Korea, Namsan Course juga kerap kali menerima informasi lowongan dari Korean company. Baik yang benar-benar bermarkas di Korea, maupun yang ada di Indonesia. Namun, kesempatan kerja itu diminta atas dasar rekomendasi sesuai kualifikasi yang ditentukan oleh perusahaan.
“Kami pasti rekomendasi siswa yang memang progresnya oke, nilai oke. Enggak semua siswa kami kasih info itu. Perusahaan kan kadang-kadang minta rekomendasi, baru kami bisa kasih profil siswa ke perusahaan. Korean company itu jarang yang ada di Jakarta. Kebanyakan di Cikarang atau Karawang. Jadi, ya memang untuk dapetin yang cocok banyak pertimbangannya sih,” papar Nesya.
Belajar Bahasa untuk Jelajah Korea
Seperti yang diketahui, Indonesia jadi salah satu penyumbang turis terbanyak dan yang paling sering berwisata ke Korea Selatan. Lagi-lagi lantaran budaya Korea yang kini mendunia, sudah termasuk K-Pop dan dramanya. Nah, di sini pentingnya bisa berbahasa Korea agar bisa berwisata ke sana tanpa perlu travel agent, meski untuk berkali-kali.
Be Survival in Korea (BSIK) jadi program sekaligus tema jalan-jalan ke Korea yang diusung Namsan Course bagi para peminatnya. Namsan Course menekankan bahwa wisata ke Korea dengan BSIK ini juga mendapat ilmu yang berguna, dan bisa diterapkan jika ingin kembali ke Korea untuk berwisata sendiri.
“Enggak sekadar jalan-jalan, foto-foto, tapi ada ilmunya juga. Sebelum mereka trip, di-briefing dulu, gimana caranya packing yang efektif, biar mereka enggak saltum. Jadi, kami ke tempat-tepat yang enggak tourist biasa datengin aja. Itenerary ini juga dirancang utuk Kpopers yang pengin melihat SM Ent, JYP, dan beragam K-Pop agensi.”
Namun, karena trip BSIK ini akan benar-benar menjelajah Korea dalam arti lebih sering melakukan perjalanan secara mandiri, banyak menggunakan transportasi umum, jadi usia yang dibolehkan ikut trip ini antara 13-45 tahun. Dan syarat berikutnya adalah, harus bisa bahasa Korea yang basic.
“Karena kami akan jalan naik turun subway, akan jelajah banyak tempat, explore sesuai peta. Kalau 50 atau 60 tahun, lebih mentingin kenyamanan, ya travel agent. Buat umum yang enggak bisa sama sekali bahasa Korea juga enggak bisa ngikutin,” ujar perempuan kelahiran 1989 ini.
“Karena dia pasti enggak akan nyambung. Karena kami kan baca sign yang dalam tulisan Korea. Naik bus yang nanti juga kan enggak berhenti di sembarang tempat, tapi ngikutin jalurnya. Jalurnya semua rute dalam tulisan Korea, kalau dia enggak bisa baca Hangeul ya gimana.”
Menurut Nesya, jika belum pernah belajar Korea disarankan ikut Basic Korean Class, dan itu memang dirancang untuk para peserta trip BSIK. Paling tidak, sudah diajarkan bahasa Korea simple phrase yang nantinya bisa berguna untuk percakapan sehari-hari.
“Untuk Korean traveler ya berarti dia udah siap juga cara nawar, cara nanya harga barang. Kan udah belajar bilangan bahasa Korea,” ujarnya.
Program BSIK Namsan Course ini digelar empat kali dalam setahun, di tiap musim. Biayanya mulai dari Rp4 juta untuk berwisata selama 7 hari. Biaya itu sudah termasuk akomodasi penginapan, transportasi selama di Korea, breakfast, belajar Korean daily conversation, hingga entrance fee ke tempat-tempat wisata.