TopCareerID

Fotografer: Editan Sedikit, Makin Profesional

Dok. Shutterstock

Topcareer.id –Hasil jepretan seorang fotografer seharusnya sudah tak lagi diedit. Makin minim editan, makin bagus. “Sebenarnya, kami (fotografer) nggak perlu ngedit. Fotografer kerjaannya foto doang,”ujar Fotografer Model Charles Widjaja kepada TopCareer.id beberapa waktu lalu.

Menurut Charles, foto hasil jepretan seorang fotografer profesional tak perlu dipoles atau diedit. Kalaupun perlu, hanya butuh waktu 5-10 menit. Kalau lebih misalnya sampai 30 menit, kata Charles, sesungguhnya itu bukan yang foto bagus.

“Biasanya saya buang foto itu. Itu artinya foto tersebut tidak berhasil, meski belum tentu jelek. Tapi kalau untuk ngedit selama itu saya enggak mau karena saya bukan digital imaging,” ujarnya.

Charles mengambil contoh fotografer luar negeri yang tidak pernah ikut ambil bagian editing gambar, tapi menyerahkannya pada ahli editing atau digital imaging karena merupakan bagian dari spesialisasi pekerjaan.

Jika menyangkut spesialisasi pekerjaan, maka seorang fotografer sebenarnya tak perlu dipusingkan dengan editing. Spesialisasi fotografer perlu fokus bagaimana menguasai beragam teknik fotografi sehingga hasil jepretannya minim editing namun tetap memanjakan mata.

Teknik-teknik fotografi yang termasuk di dalamnya, seperti bermain dengan komposisi, pencahayaan, serta angle yang tepat seperti apa. Bukan soal bagaimana mengedit gambar yang jelek menjadi gambar yang bagus, namun penuh editing.

Editing sederhana fotografi

Charles mengakui bahwa fotografer memang perlu bisa editing, tapi untuk hal-hal yang sederhana. Ia mengaku dalam 5-10 menit editing yang dilakukan itu hanya edit foto soal pengoreksian warna dan kontras foto agar lebih pas dengan standar mata orang kebanyakan.

Sementara, Charles sendiri jarang sekali bermain soal warna atau mengubah warna menjadi lebih wah dan berbeda dari warna asli kondisi pemotretan itu. Ia akan mengusahakan warna hasil jepretan yang keluar saat pemotretan itu merupakan warna yang muncul dari kamera.

“Saya ingin (warna) muncul dari kamera, tapi saya usahakan warna skin mana yang paling bagus. Misal sore, kalau kena muka jadi kuning, saya akan bikin warnanya agak putih. Itu editing pengoreksian warna. Saya bakal nyari warna yang sesuai kondisi waktu itu.”

Kemudian, terkait unsur kontras dalam editing pun terbilang hal yang sederhana. Ia hanya akan menaikkan kontras yang sesuai dengan kelayakan foto, kira-kira standar apa yang enak dilihat oleh mata.

“Sekitar 80 persen mata orang kalau kontrasnya tinggi itu akan menarik, standar matanya orang. Tidak harus selalu. Saya pribadi lebih suka warna asli,” pungkas Charles.*

Editor: Ade Irwansyah

Exit mobile version