Topcareer.id – GP Sindhunata SJ atau yang kerap disapa Romo Sindhu menjadi satu-satunya sarjana filsafat yang lulus tanpa kuliah di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta. Bahkan tesisnya hingga kini dipakai sebagai buku pegangan para mahasiswa dan dosen filsafat di Indonesia.
“Dalam sejarah STF Driyarkara, saya satu-satunya sarjana yang lulus tanpa kuliah. “ungkap Sindhu saat didapuk menjadi pembicara utama di acara reuni Ikatan Alumni STF Driyarkara, Sabtu (31/8/2019) di Jakarta.
Meski tak melalui proses kuliah di kelas bersama dosen, Sindhu mengalami proses belajar filsafat yang tidak mudah. Ia hanya diberi buku oleh pembimbingnya untuk dibaca, dibuat resume lalu diuji. Yang harus ia baca tidak hanya satu, melainkan banyak buku filsafat. Tebal tipisnya buku dihitung sebagai kredit.
“Ujiannnya bukan ujian semester, tapi ujian buku. Setiap hari, setelah selesai membaca buku, saya harus membuat laporan buku dan langsung diuji. Begitu setiap hari.” ujar mantan wartawan Harian Kompas.
Baginya membaca buku adalah hal yang mudah dan biasa. Namun ia amat terkejut saat laporan bukunya ditolak oleh dosen pembimbingnya.
“Dosen pembimbing saya saat itu Romo Franz Magnis Suseno mengatakan kamu tuh gak ngerti apa-apa soal buku ini. Baca lagi, pahami, buat resume dan ujian lagi. Berat sekali saat itu. Karena lain sekali membaca tek-teks filsafat dengan mengikuti kuliah dosen di kelas” kenang Pemimpin Umum Majalah Kebudayaan BASIS.
Dari situ kemudian ia menyadari membaca buku apalagi teks-teks filsafat membutuhkan ketelitian. Ia pun berpesan pada para mahasiswa STF Driyarkara. “Mahasiswa STF Driyarkara tanpa membaca buku, saya kira Anda belum berfilsafat,”ungkap pria 67 tahun ini.
Rupanya pengalaman belajar ini amat berharga bagi Sindhu baik dalam meraih gelar sarjana, menjalani proses pendidikan lanjutan serta pembinaan pribadinya.
“Membaca itu perlu. Bahkan saya yakin, omongan dosen itu bukan apa-apa dibanding dengan buku yang saya baca. Kalau kita membaca, justru kita akan lebih tahu dari dosen” ungkapnya.
Akhirnya dengan bimbingan Romo Magnis Suseno, Sindhunata mampu menyelesaikan tesisnya. Ia pun bangga saat dosen pembimbingnya itu menorehkan catatan di dalam pengantar tesisnya sebagai monografi pertama yang ada di Indonesia yang digunakan oleh banyak mahasiswa dan dosen filsafat.