Topcareer.id Punya masalah di kantor dengan atasan? Tak tahan dengan omelan pimpinan di kantor tak lantas resign atau mengundurkan diri jadi jalan paling solutif akan problem itu. Atau sekadar stres dan lelah dengan target yang tak kunjung dipenuhi, kamudian resign jadi pilihan jalan kelegaan persoalan. Pikir-pikir dulu!
Motivator sekaligus trainer, Teguh Eko Priyantanto mengatakan kepada TopCareer.id, resign bisa saja hanya merupakan pelarian akan stres pekerjaan. Resign, kata dia, belum tentu keputusan yang solutif untuk pekerja yang dilanda problematika.
“Ketika terjadi pergolakan, terjadi problem, jangan menetukan keputusan. Endapkan dulu beberapa saat, baru setelah itu mencari solusi,” ucap Teguh kepada TopCareer.id di kawasan Jakarta Selatan.
Teguh menambahkan, resign menjadi jalan yang solutif ketika memang tak ada pilihan lain lagi yang bisa dilakukan. Misal, di perusahaan itu memang sudah sangat tertekan, tidak bisa lagi untuk mengembangkan diri, atau honor yang tidak memenuhi syarat.
Tapi, Teguh menegaskan bahwa resign jangan asal resign. Harus miliki beragam persiapan terlebih dulu agar keputusan itu bukan hanya sekadar pelarian emosional saja. Sebelum memutuskan untuk resign, pasti butuh teman ngobrol, butuh banyak pertimbangan, jadi perlu sabar dulu.
“Apakah di tempat pekerjaan baru sudah disiapkan atau belum. Apakah sudah disiapkan beragam gagasan. Jangan sampai keluar malah lebih sengsara, bukan obat stres, malah makin stres. Maka disebut pelarian. Stres itu adalah pelarian mencari sesuatu, nyari obat stres kok malah stres.”
Menurut Teguh, keputusan resign itu perlu dipersiapkan dengan matang, sama halnya dengan mempersiapkan pensiun. Sudah harus ada gagasan dan perencanaan di awal sebelum benar-benar keluar. *
Editor: Ade Irwansyah