TopCareerID

Awas, Tersenyum Bisa Membunuh Kesempatan Kerja!

Topcareer.id Hati-hati, tersenyum bisa membunuhmu. Tepatnya, membunuh kesempatan mendapatkan pekerjaan impian. Menurut penelitian departemen psikologi Northeastern University, senyum terlalu banyak saat interview bisa membahayakan peluang lolos ke tahap selanjutnya.

“Saya pikir itu intuitif katika kamu harus tersenyum untuk menunjukkan keramahan,” kata Mollie Ruben, penulis pertama pada penelitian ini dan seorang peneliti postdoctoral di kampus Plain Jamaica dari VA (Vetrans Affiars) Boston Healthcare System.

“Tapi ketika seseorang tersenyum sepanjang wawancara, itu bisa membuat mereka tampak kurang kompeten atau serius,” lanjutnya seperti dilansir dari laman The Huntington News, Kamis (12/9/2019).

Studi ini menunjukkan, tersenyum memiliki efek negatif pada pelamar di semua karier, meskipun untuk pekerjaan di bidang yang serius, seperti membuat laporan, manajer dan entri data. Kerugian tersenyum berkurang untuk bidang yang lebih ramah, seperti mengajar serta penjualan.

Judith Hall dari departemen psikologi yang juga ikut menulis penelitian tersebut mengatakan, hal itu tidak berarti tidak tersenyum sama sekali adalah teknik yang baik.

“Lebih sedikit lebih baik daripada terlalu banyak senyum. Tetapi jika kamu tidak pernah tersenyum, kamu mungkin tidak akan membuat kesan yang sangat baik,” Hall menjelaskan.

Secara khusus penelitian ini menemukan, yang terbaik adalah tersenyum pada awal dan akhir wawancara, dan lebih sedikit selama pertengahan.

Namun, bagi banyak orang, hasil penelitian tampaknya sudah masuk akal. Peg Grimes, koordinator layanan siswa di kantor koperasi D’Amore McKim School of Business mengatakan, lebih banyak tersenyum pada awal dan akhir wawancara adalah wajar.

“Pada awalnya, kamu ingin terkesan hangat dan tulus – berjabat tangan, tersenyum, membuat lelucon. Tapi ketika kamu masuk ke wawancara, kamu tidak boleh tersenyum saat menjawab pertanyaan serius seperti tantangan yang kamu hadapi atau saat kamu gagal,” kata Grimes.

Pada akhirnya, kamu harus tersenyum lagi, tambahnya, untuk menunjukkan kehangatan dan antusiasme.

Bagi Ruben, cara terbaik menghadapi wawancara adalah persiapan. Orang sering mengabaikan pentingnya memahami bagaimana perusahaan mengharapkan karyawannya untuk diterima. Informasi seperti ini dapat membantu pelamar memutuskan kapan dan seberapa banyak tersenyum.

“Sangat penting melakukan riset untuk mengetahui perilaku nonverbal apa yang dibutuhkan dari pekerjaan itu.”*

Editor: Ade Irwansyah

Exit mobile version