TopCareerID

Tantangan SDM Unggul untuk Indonesia Maju di Era Revolusi Industri 4.0

Topcareer.id – Menko PMK yang diwakili Deputi Koordinasi Bidang Pendidikan dan Agama Agus Sartono, pagi ini hadir dan memberikan keynote speech dalam acara Seminar nasional pengembangan SDM unggul untuk memanfaatkan peluang bonus demografi menuju Indonesia maju pada RPJMN 2020-2024 di Lemhanas, Jakarta. 

Indonesia saat ini sedang mengalami bonus demografi yang diperkirakan akan berakhir pada 2037. Namun, bonus demografi ini tidak diperoleh secara otomatis, tetapi memerlukan prasyarat utama yaitu tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing. 

Dalam paparanya, Agus mengatakan bahwa ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam bonus demografi, diantaranya pembangunan yang harus berpusat pada manusianya. Selanjutnya jumlah masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih besar sehingga diperlukan pengendalian urbanisasi dan pengelolaan migrasi. Untuk itu, sangat Justyfible pada kebijakan pemerintah yang saat ini dilakukan, misalnya dengan pemberian dana desa yang diharapkan mampu mengerem laju perpindahan penduduk. Selain itu, terjaganya nilai nilai keluarga dan hubungan yang erat antar generasi. 

Agus mengungkapkan ada beberapa target pembangunan  manusia di tahun 2020 yang akan dicapai, yakni IPM 7,25℅, pertumbuhan ekonomi 5,6 ℅, tingkat kemiskinan 9,0 ℅, tingkat pengangguran 5,1℅ sehingga di RKP tahun 2020, peningkatan dan pertumbuhan SDM menjadi berkualitas. 

Saat ini suka tidak suka kita sudah hidup di era revolusi Industri 4.0 satu era yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya, karena ada tantangan yang harus kita hadapi sekarang ini. Bahwa pada masa lampau, setiap upaya pembangunan ekonomi, setiap 1℅ pertumbuhan ekonomi, mampu menciptakan kesempatan kerja sebanyak 200.000. Tetapi saat ini di era revolusi Industri 4.0 setiap pertumbuhan ekonomi 1℅ hanya mampu menciptakan kesempatan kerja sebanyak 75.000. Padahal setiap tahun, ada kurang lebih 31 juta jobseeker mencari kerja baru. 

“Tidak ada pilihan lain bagi kita selain kita harus fokus pada upaya pengembangan Industri yang pokok di era 4.0 ini,” ujar Agus. 

Untuk menjawab tantangan terkait revolusi Industri 4.0, lanjutnya, pemerintah akan memfokuskan pada lima sektor industri potensial, diantaranya food and beverage, textile, Automotive, electronic and chemical. Sektor-sektor ini diharapkan mampu menyerap setidaknya 3,1 juta jobseeker setiap tahunya dan akan banyak komptensi yang akan dibutuhkan. Untuk itu, perlu adanya penajaman penataan kembali kurikulum dan pengembangan riset utamanya pengembangan politeknik. 

Menurut data, setiap tahun setidaknya ada 3,7 juta lulus dr SMA/SMK/MA, 1,9 juta ditampung di pendidikan tinggi dan sisanya 1,8 juta menjadi new jobseeker dan kompetensi yang dimilki masih rendah dan kesempatan semakin sempit akibat revolusi Industri 4.0. Masih ditambah 1,3 juta lulusan pendidikan tinggi setiap tahun masuk ke pasar kerja. Sehingga, Depnaker harus mengelola 3,1 juta angkatan kerja baru dan itu bukanlah angka yang kecil. 

“Untuk menghadapi perkembangan revolusi Industri 4.0 SDM Indonesia harus berdaya saing dan perlu menyiapkan SDM terampil untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja. Karena banyak sekali lulusan PTN lebih mementingkan gelar daripada skill, sehingga perlu mengedukasi Masyarakat agar lebih mengedepankan kompetensi daripada gelar ijazah,” imbuh Agus. 

Setidaknya ada tiga jalur yang ditempuh untuk meningkatkan kualitas SDM menyong RPJMN 2020-2024, (1) membenahi kualitas SMK dengan cara merevitalisasi 5000 SMK dan diharapkan dapat mengatasi lebih dari 60℅ masalah SMK, (2) Membenahi melalui jalur Politeknik dan vokasi. Suka tidak suka pemerintah harus menambah kapasitas politeknik,  karena jika tidak ditambah 1,8 juta lulusan SMK akan lari ke jobseeker, harapannya lima tahun kedepan akan terbangun 500 politeknik baru (3) melalui jalur pelatihan.

Exit mobile version