Topcareer.id – Setiap Senin pertama bulan Oktober diperingati sebagai World Day of Bullying Prevention atau hari pencegahan bullying sedunia. Kamu tentu mafhum setiap saat bullying atau perundungan terjadi di mana saja, entah di lingkungan sekolah dan juga di tempat kerja.
Perundungan di kantor juga bisa berefek merusak. Akibat yang disebabkan penindasan itu merentang dari sekadar stres setiap kali di kantor hingga produktivitas kerja melempem, yang berujung pada peningkatan kariermu terhambat. Penindasan juga membuat kesehatan mental karyawan terganggu.
Menurut sebuah studi yang dilakukan Workplace Bullying Institute, di Bellingham, Washington, 16 persen pekerja di AS ditindas di kantor. Studi itu diterbitkan lima tahun lalu atas 1100 pekerja. Penelitian terbaru keluaran Workplace Bullying Institute menunjukkan, kasus penindasan di tempat kerja kini jumlahnya lebih tinggi ketimbang pelecehan seksual maupun diskriminasi rasial. Tahun lalu, satu dari enam pekerja di AS mengalami penindasan di tempat kerja.
Korban perundungan: 80 % perempuan
Sementara itu, menurut penelitian yang diterbitkan Universitas Negeri Arizona dan Universitas New Mexico, pekerja yang ditindas umumnya merasa suasana kantor tak ubahnya sebuah medan pertempuran atau tengah bermimpi buruk.
Studi itu bertujuan membantu majikan mengenali praktek-praktek penindasan di kantor dan mengatasinya sebagai masalah yang nyata-nyata terjadi di kantor. “Perusahaan tak lagi menganggap korban penindasan itu pihak bersalah, dan justru menyalahkan pelakunya dan keadaan yang memungkinkan penindasan terjadi,” ujar Jess Albert, seorang peneliti dari Universitas Negeri Arizona.
Jadi kewajiban perusahaan menciptakan lingkungan kerja yang punya kebijakanmenindak praktek penindasan di kantor, agar “mendidik orang untuk berperilaku baik,” sarannya.
Korban penindasan di kantor umumnya wanita. Menurut studi terbaru Workplace Bullying Institute, 80 persen wanita jadi korban penindasan di kantor. Namun demikian, pelakunya juga paling banyak wanita, sekitar 58 persen.
Sebenarnya, melawan perundungan di kantor tak sesulit yang dikira. “Jika kamu tahu apa yang mesti dikatakan dan bagaimana mengatakannya, risiko ditindas jadi makin kecil,” kata Kerry Patterson yang ikut menulis buku Crucial Conversiations dan Crucial Confrontations.
Patterson lantas menyarankan langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengatasi penindasan di kantor, yakni:
•Jangan membalas dengan kasar
Membalas dengan sama kerasnya, semisal menanggapi teriakan si penindas dengan sama kencangnya, justru menandakan kamu memberi perlawanan. Hal ini, alih-alih efektif, malah makin membuat suasana meruncing yang bisa-bisa berujung perkelahian. Dan ini mesti dicamkan benar-benar, banyak kantor tak mentolerir perkelahian antar karyawan. Kamu, meski awalnya merasa tak merasa bersalah, tetap saja dipersalahkan gara-gara berkelahi di kantor.
• Selalu berprangka baik
Ketimbang selalu menyangka kalau rekan sekerja atau atasan kamu (yang penindas) aslinya punya sifat jelek seperti kasar atau ingin menjatuhkan kamu, mending berbaik sangka kalau ia tak tahu pada akibat dari perbuatannya pada kamu. Prasangka baik ini bisa jadi awal percakapan yang baik kala kamu berniat menghentikan segala bentuk penindasannya.
Prakteknya mirip kala ada orang tak tahu diri yang tiba-tiba menyela saat kamu tengah mengantri di mesin ATM. Bilang padanya dengan sopan, “Kamu sadar kalau saya dari tadi berdiri menunggu giliran?” Nah, omongan sopan dan seolah tanpa dosa itu diharap bisa membuatnya merasa bersalah dan syukur-syukur mengendorkan amarahnya.
• Pisahkan antara maksud dengan hasil
Jika si penindas terang-terangan mengomeli kamu atau bertindak kasar di depan banyak orang, sebelum berpikir untuk menyerang balik, tanya diri sendiri, “Mengapa manusia yang punya akal budi bisa melakukan tindakan tak manusiawi seperti itu?” Lalu, setelah bisa berpikir jernih, dekati si penindas baik-baik dan katakan, “Saya tahu kamu tak bermaksud kasar seperti itu, tapi dengan mengomeli saya di depan banyak orang, membuat saya tak merasa nyaman.”
•Mulailah dari fakta
Saat dicerca dengan kasar oleh orang lain, wajar saja kamu merasa jadi korban dan yakin kalau si penindas itu bermaksud buruk. Perasaan macam ini bakal berujung pada sebuah perkelahian atau konflik yang makin meningkat. Maka, sebelum menyerang balik, ingat-ingat lagi keadaan sebelumnya. Misalnya, bilang “Kemarin-kamarin bapak tak mempermasalahkan usulan saya, sekarang bapak pikir ide saya itu buruk.”
Lalu buat kesimpulan dan tanya balik, “Yang bapak inginkan sebenarnya apa?” Perkataan itu, tentu saja tak diungkapkan dengan nada menyerang balik yang membuat si penindas terpojok. Paling baik membicarakannya secara pribadi tak di depan banyak orang.
• Bicara baik-baik
Saran pemecahan lain diungkap Debra Shapiro, seorang profesor manajemen dari Universitas Maryland. Korban perudungan, katanya, mesti bicara baik-baik kalau merasa tertindas oleh tindakan atasan atau rekan sekerja. “Pada banyak kasus, bicara baik-baik akan membuat si penindas merasa malu sendiri,” katanya.
Jika bicara baik-baik saja tidak cukup, katanya lagi, laporkan tindakan penindasan pada atasn yang lebih tinggi. Jika memungkinkan, catat setiap penindasan yang kamu alami. Langkah-langkah ini, katanya, terasa mudah dikatakan tapi sulit buat dilakukan.
Tapi, sungguh penting untuk menghentikan setiap penindasan yang kamu alami. Sebab, seperti diucap John Aaron Wheeler, seorang karyawan di Baltimore, AS, hal paling penting bagi seorang karyawan saat bekerja adalah kepuasan kerja. “Kepuasan kerja berarti saya tahu kalau saya berguna, saya merasa aman di tempat kerja, merasa dihormati oleh rekan sekerja atau atasan,” katanya. “Dan setiap kali bangun pagi,sebelum berangkat kerja, saya yakin kalau saya punya perasaan enak atas pekerjaan yang saya lakukan.”
Terus terang, perasaan itu takkan bisa nikmati bila kamu merasa ditindas. Jadi, saatnya hentikan segala penindasan, perundungan atau kamu kehilangan gairah bekerja. * Dari berbagai sumber.