TopCareerID

Jalan Panjang Lukisan, dari Gagasan Hingga Masuk Pameran

Topcareer.id – Ada beberapa tahapan yang perlu dilalui oleh seorang pelukis atau pelaku seni rupa lain dalam menghasilkan sebuah karya. Mulai dari awal pembentukan tema hingga sebuah karya bisa asyik mejeng di pameran-pameran terkemuka.  

I Wayan Kun Adanyana sebagai pelaku seni rupa menyampaikan, setidaknya ada tiga tahapan sebelum sebuah karya bisa dinikmati dalam pameran. Kun mengaku untuk mencapai pameran tunggal dengan 15 karya, ia bisa menghabiskan waktu kurang lebih satu tahun.

Tahap Riset

Menurut laki-laki yang akrab disapa Kun ini, riset yang dimaksud bukan proses akademik yang ketat, namun lebih kepada eksplorasi terkait bahan, teknik, sampai tema yang akan diangkat. Sekali lagi, enggak main asal gores kuas ke kertas. Tahap ini memang melalui studi yang cukup dalam.

Dalam proses melakukan riset, akan banyak melalui eksperimen. Terkait medium, pemilihan bahan, mencoba karateristik bahan hingga efek apa yang akan ditimbulkan.

“Oh dengan cara ini, bisa menghasilkan efek ini, itu dicatat. Kemudian baru kami memiliki rangkuman dari teknik apa yang sebenarnya relevan untuk membicarakan tema-tema yang dipakai,” papar Kun kepada Topcareer.id, di Galeri Nasional, Rabu (24/1/2018).

Ia menambahkan, kalau skala pengerjaanya setahun, paling tidak proses risetnya bisa memakan waktu 2 hingga 3 bulan. Jadi, mengeksplorai 3 poin itu tadi, medium, teknik, serta tema, baru kemudian proses menciptakan karya.

Proses menciptakan karya

Bagian ini tentu yang yang paling utama selama prosesnya. Menurut Kun, eksplorasi juga kerap terjadi di mana akan menemukan terobosan baru. Jadi, pada proses ini, tidak melulu kaku mengacu pada hasil riset awal saja.

“Bukan berarti formula bagaimana dan apa yang akan diciptakan dalam karya itu selesai dalam proses sebelumnya. Di dalam menciptakan karya itu sendiri ada semacam temuan-temuan yang kemudian dirangkum ulang.”

Menurut Kun, ia kerap menemukan formula baru di tengah proses menciptakan karya, dalam hal ini melukis. Setelah formulanya ketemu, baru kemudian dijadikan metode. Proses ini juga meliputi pembentangan kanvas, eksperimen, hingga pembentukan tema.

Publikasi karya

Setelah rampung membuat karya, ada kalanya hasil tersebut ingin tersampaikan secara baik melalui pameran. Di sinilah ada upaya-upaya dalam mengakses galeri atau menentukan tempat yang tepat agar pesan yang ingin disampaikan terpublikasi dengan baik.

Kun mengatakan, untuk di Jakarta sendiri, ada banyak ruang yang bisa dijadikan venue dalam menggelar pameran seni rupa. Ia menyebut Galeri Nasional, Taman Ismail Marzuki, Bentara Budaya, hingga ruang yang lebih mengarah pada komunitas tertentu.

Kemudian mencari formula dalam mempublikasikan karya, yang nantinya bisa bekerja sama dengan pihak yang memamerkan. Memang, Kun mengaku kendala yang ada saat menggelar pameran adalah bagaimana membuat pameran itu menjadi semacam kebutuhan banyak orang, dan menarik.

Sejauh ini, gimmick menjadi jalan alternatif yang bisa mendongkrak hasil karya itu menarik di mata publik. Sedangkan, sosial media dinilai bisa menjadi alat penyebaran yang cukup efektif.

“Kalau pameran itu yang paling mahal kan produksi katalog, harus cetak. Namun, bisa disiasati dengan tidak dicetak, dan dijadikan bentuk Pdf, dan dijadikan open resources, dipost di blog, sosial media. Toh, karyanya bisa disajikan juga model katalog seperti itu.” *

Editor: Ade Irwansyah

Exit mobile version