TopCareerID

Gaji Tak Jauh Beda dengan Pilot Jet Komersil, Mengapa Pilot Muda Enggan Masuk ke Penerbangan Perintis

Topcareer.id – Pemerintah dalam lima tahun terakhir gencar membangun bandara-bandara di wilayah 3 T, terdepan, terluar dan tertinggal. Sayangnya gencarnya pembangunan bandara di wilayah 3T dan pembukaan rute penerbangan perintis yang dilakukan pemerintah, hingga kini masih menyisakan masalah diantaranya soal oversupplay pilot. Ini terjadi karena keengganan pilot -pilot muda untuk masuk penerbangan perintis.

Pilot senior yang 14 tahun bertugas di penerbangan perintis, Kapten Agus Setiono turut memberikan komentarnya terkait hal ini.

“Pilot muda saat ini lebih minat untuk menerbangkan pesawat jet komersial. Yang secara teknologi lebih komputerisasi. Selain itu mungkin juga karena faktor biaya sekolah penerbangan yang sangat mahal.”ujarnya kepada Topcareer.id di Jakarta (8/10/2019).

Biaya sekolah yang mahal, membuat para lulusan sekolah penerbangan lebih memilih penerbangan komersial yang dianggap akan memberikan gaji yang lebih besar. Padahal menurut Agus gaji pilot di penerbangan komersial dan perintis tidak terpaut jauh.

Baca Juga: Sering Keliru, Ini Perbedaan Pilot dan Co-Pilot

“Basic salary kapten di penerbangan jet komersial dan perintis tidak jauh berbeda. Hanya beda 10 juta-an. Jika kapten di penerbangan jet komersial males terbang, sementara kapten di penerbangan perintis rajin terbang. Maka gaji kapten perintis akan jauh lebih besar.” tuturnya.

Berbeda dengan dirinya, yang masuk sekolah penerbangan karena beasiswa. Ketika lulus, Agus tak punya pilihan selain mengikuti instruksi untuk masuk ke penerbangan perintis.

Agus menceritakan bagaimana ia terbang ke daerah-daerah terpencil yang namanya bahkan asing terdengar kala itu seperti Samlauki, Talaud, dan Raja Ampat. Namun bagi pria kelahiran Madiun ini, pengalaman tersebut menjadi sangat berkesan, dan membuatnya menjadi semakin mencintai Indonesia.

“Dari situ saya jadi lebih mencintai Indonesia. Saya jadi lebih tahu Ambon, Papua, dan daerah-daerah yang orang lain tidak tahu. Saya bisa melihat sendiri betapa Indonesia itu sangat indah dan kaya”, ungkapnya.

Maka Agus sangat menyayangkan, bila ada pilot-pilot muda yang enggan masuk ke penerbangan perintis. “Padahal kita bisa mengenal masyarakat pedalaman lebih dekat, belajar budaya, kuliner khas, serta hasil bumi masyarakat.”lanjut pria yang telah 25 tahun menjadi pilot.

Bagi Agus menjadi pilot penerbangan perintis memang harus ada pasion dan jiwa petualangan. Bila tidak ada, maka akan sulit untuk menikmati semuanya.

Usulkan Pesawat N219 untuk Penerbangan Perintis

Pengalaman yang cukup panjang selama menjadi pilot di penerbangan ini membuat Agus cukup mengenal wilayah-wilayah Indonesia yang sulit di darati pesawat. Untuk itu ia pun pernah mengusulkan agar pesawat produksi PT DI- N219 yang telah lulus uji, bisa diproduksi massal.

“Saya berharap N219 bisa diproduksi ratusan. Sehingga tiap kabupaten nantinya cukup memiliki bandara dengan panjang landaran 1.300 meter, sehingga bisa didarati. Dengan demikian dapat menghubungkan daerah-daerah terpencil.”harapnya.

Bahkan Capt Agus juga mengusulkan bagaimana bila rodanya dibuat untuk bisa pendaratan di air. Mengingat wilayah Indonesia yang sebagian besar perairan, sehingga pesawat bisa mendarat di mana saja.”Ini akan menjadi solusi untuk daerah-daerah dengan medan yang tidak bisa dijangkau transportasi darat” tutur pilot yang kini bertugas di Citilink Airlines.*

Exit mobile version