Topcareer.id – Sejak kuliah pada tahun 2003-2007 di Limkokwing University di Cyberjaya Malaysia, Adinda Tri Wardhani sudah mulai menyukai dunia fashion. Berawal dari minatnya yang tinggi pada fashion, wanita yang akrab disapa Dinda ini bersama kedua sahabatnya mendirikan K.A.L.A Studio pada 2018.
Semasa kuliah Dinda disarankan orang tuanya untuk memupuk skill fashionnya dengan cara mengikuti beberapa program kerja magang yang disediakan oleh kampus.
“Orang tuaku menyarankan untuk mencoba berbagai bidang supaya bisa tahu industrinya seperti apa, tiap pulang kuliah langsung magang.”ujar Dinda pada Topcareer.id saat penutupan Jakarta Fashion Week 2019 di Senayan City, Jakarta, Senin (28/10/2019).
Dinda pernah menjalani pekerjaan magang di majalah Dewi dan salah satu retail fashion ternama asal Inggris Topshop yang ada di Kuala Lumpur. Setelah lulus dan kembali ke Indonesia, Dinda bekerja pada retail management di Senayan City. Dari sekian banyak pengalaman kerjanya Dinda mengakui bahwa dirinya lebih enjoy di majalah fashion.
Setelah 6 bulan di Senayan City ia pun pindah ke Femina group. Bekerja selama 7,5 hingga akhirnya resign dan bergabung dengan Liputan6.com sejak 2015
Ketertarikannya yang kuat pada dunia fashion beauty media membuatnya ingin terus mengembangkan diri, ia merasa ada satu hal yang belum dipelajari yaitu dunia digital, sejak itulah Dinda terjun ke Liputan6.com.
“Sembari berjalan, mikir lagi dalam hidup apalagi yang harus dipelajari, aku sama dua partnerku Vina dan Karina kebetulan punya visi yang sama pengen side job dari karier di kantor, pengen nabung buat pensiun, dan melebarkan sayap.”ungkap Dinda
Inspirasi mendirikan sebuah label fashion sebetulnya sudah berlangsung lama. Sejak kecil Dinda sudah bermimpi untuk punya fashion line. Setelah K.A.L.A berdiri Dinda dan teman-teman terus meningkatkan kreativitasnya. K.A.L.A ingin menawarkan produk yang berbeda dari brand lain.
“Kalo kita jual baju yang gitu-gitu aja saingannya udah terlalu banyak, kebetulan kita bertiga tertarik bidang seni, dan sekarang seni banyak dinikmati orang.”ujar Dinda.
Produk yang dijual K.A.L.A semua hasil kolaborasi teman-teman seninya. “Kita gak expect langsung booming ternyata respon cukup baik dari penjualan dengan menggunakan ilustrasi dari seniman Stacia Hadiutomo.”jelas Dinda
Lalu pada Januari 2019 Dinda mengembangkan ide lagi bekerjasama dengan Visual Artist Shadtoto Prasetio. Tidak percuma hasil kolaborasi yang dilakukan Dinda membuat produk-produk K.A.L.A Studio laris di pasaran.
“Distribusi penjualan K.A.L.A masih simple karena segmented pasarnya, range price-nya Rp 650.000 – Rp 1,3 juta. Untuk order langsung ke Dinda by Whatsapp dan Instagram di @k.a.l.a_studio.”lanjutnya
Sepanjang satu tahun berdiri, K.A.L.A telah banyak dipesan hampir di seluruh Indonesia mulai dari orang biasa hingga artis. Bahkan sampai ke Australia.
Dinda mengaku belum mempunyai banyak pegawai. Ia ingin memulai semuanya dari nol, ingin merasakan terjun langsung bagaimana cara menangani customer, hingga menggali apa yg customer inginkan.
“Jadi selama 2 tahun awal ini kita memang layanin sendiri dulu, pegawai diminimalisir, kalaupun ada pegawai paling hanya helper.”kata Dinda.
Meski demikian dengan koneksi dan networking yang luas. Dinda bersama dua sahabat Vina dan Karina beserta K.A.L.A Studio bisa ikut terlibat dalam acara Jakarta Fashion Week 2019 di Senayan City.
“Kebetulan banyak orang yang kerja di Jakarta Fashion Week merupakan teman-teman di media gaya hidup saya satu group dulu di retail management Senayan City.”kenangnya.
Walaupun sudah tidak kerja bersama, networking yang baik terus berlanjut. Salah satu team kreatif JFW 2019 yang juga merupakan chief editor majalah Dewi menghubunginya dan mengajak Dinda untuk ikut terlibat di JFW 2019. Iapun tak ingin melewatkan kesempatan besar itu*