TopCareerID

Cantik Bukan Hal Mutlak untuk Jadi Model Catwalk

Ilustrasi. Sumber foto: Wikipedia

Ilustrasi. Sumber foto: Wikipedia

Topcareer.id – Semua mata tertuju ketika seorang model memperagakan busana dengan lenggak lenggok tubuhnya di catwalk.

Menarik, unik, genik, dan berkarakter. Itu beberapa kata yang bisa mewakili kriteria yang diperlukan untuk menjadi seorang model. Cantik saja tak jadi jaminan.

Hal itu dikatakan langsung oleh pelaku industrinya. Catherine Adelia, salah seorang model yang terpilih dalam ajang bergengsi Jakarta Fashion Week 2020.

“Mereka milih model tuh enggak cuma sekadar cantik doang. Klien mau yang unik, yang berkarakter,” ucap Catherine menjawab pertanyaan Topcareer.id selepas memperagakan busana dari desainer Andreas Odang, Inspired by Disney film Maleficent, Senayan City, Jakarta, Kamis (24/10/2019).

Catherine menambahkan, yang terpenting untuk menjadi model adalah memiliki karakter unik yang bisa ditonjolkan.

“Kalau aku sih banyakan yang bilang ikonnya di poni sama rambut,” ucap perempuan yang sudah dua kali mendapat kesempatan runaway di JFW.

Hal tersebut juga ternyata sejalan dengan agensi model yang menjadi wadah penghubung antara talenta model dan klien. Managing Director Jakarta International Management atau JIM Models, Aa Ahmad membeberkan kriteria model dalam seleksi yang dilakukan agensi.

Aa Ahmad mengibaratkan bahwa agensi butuh kemampuan indera keenam dalam memilih calon modelnya. Wow, perlu jadi paranormal, dong?

Sixth sense di sini, kata Aa, bukan penilaian dari paranormal lho, tapi kemampuan untuk melihat persona seseorang.

“Eye catch sebetulnya, lebih ke persona. Persona dari dirinya sendiri. Tapi kalau secara persona dia keliatan, ada sesuatu. Selain look, model juga harus smart, bahkan smart itu wajib,” kata Aa Ahmad kepada Topcareer.id.

Seorang model harus pintar dalam artian, pandai menempatkan dirinya. Apalagi model merupakan bentuk packaging brand, sehingga harus tahu bagaimana mempresentasikan pesan dari brand tersebut.

“Jadi, itu yang lebih penting, lebih humble lah. Personanya di atas panggung tetap ada, karena harus mempresentasikan sebuah baju.  Karena message dari setiap brand kan beda-beda, setiap desainer beda-beda,” ucap Aa Ahmad.

Editor: Feby Ferdian

Exit mobile version