TopCareerID

Pernah Holiday Blues? Ini Penyebabnya

Ilustrasi. Sumber foto: Argosy.edu

Ilustrasi. Sumber foto: Argosy.edu

Topcareer.id – Kata “liburan” mungkin jadi salah satu kata yang menyenangkan bagi banyak orang. Namun, bagi sebagian orang, di waktu-waktu ini mereka malah mengalami stres, merasa sendiri, dan bahkan cemas. Hal itu disebut Holiday Blues. 

“Ada harapan yang hampir dipaksakan di masyarakat saat ini bahwa kita harus bahagia selama liburan. Dan orang-orang yang gagal memenuhi harapan itu dapat merasakan ada sesuatu yang salah dengan mereka,” kata Dr. Eugenio Rothe, profesor psikiatri dan perilaku kesehatan di Herbert Wertheim College of Medicine, dalam laman Florida International University (FIU) News.

Tuntutan liburan adalah pemicu umum dalam holiday blues. Berikut beberapa penyebabnya, serta bagaimana menanganinya.

Pemicu pertama: Keluarga

Pulang ke rumah atau mudik saat liburan adalah hal luar biasa, tetapi, jika kamu sedang mengalami konflik keluarga, atau sedang merasakan patah hati, liburan yang kamu rasakan bisa terasa menyedihkan, dan penuh rasa kesepian.

Cara mengatasi: Kelola harapan. Lakukan yang ingin kamu lakukan

“Yang paling penting adalah fokus pada realitasmu sendiri: kebutuhan, harapan, dan ekspektasimu. Jangan merasa seperti ada yang kurang  jika tidak bertemu dengan gambaran fantasi dari perayaan liburan yang diperlihatkan oleh media atau masyarakat.”

Pemicu kedua: Keuangan

Tekanan untuk membeli hadiah, mengadakan pesta, dan atau memperbaiki rumah untuk persiapan liburan bisa memicu holiday blues.

Cara mengatasi: Jangan terlibat dalam budaya konsumtif

“Jika kamu ingin membelikan seseorang hadiah untuk menunjukkan bahwa kamu peduli kepada mereka, itu tidak harus mahal. Itu benar-benar diperhitungkan,” kata Rothe.

Pemicu ketiga: Kelelahan

Belanja, bungkus kado, perencanaan pesta, komitmen liburan, mengunjungi kerabat, perjalanan dan overindulging (makan dan minum), semua dapat menyebabkan stres liburan.

Rothe menyebut ini treadmill liburan di mana alih-alih menikmati liburan, orang-orang justru menghabiskan tenaga mereka.

Cara menangani: Jangan berlebihan. Ingat semangat sejati dari liburan.

Rothe menyampaikan, liburan sebenarnya saat yang tepat untuk istirahat dan refleksi diri. Yang disesalkan adalah makna spiritual dari liburan sering kalah dengan aspek komersial.

“Tahun ini memberikan kesempatan luar biasa untuk menemukan makna penting yang relevan dengan kehidupanmu sendiri, dan juga untuk orang-orang penting bagimu,” ujarnya.

Editor: Feby Ferdian

Exit mobile version