TopCareerID

Girangnya Warga Papua, Harga Bahan Pokok Turun Hingga 70% Berkat Jembatan Udara

Dok. Humas Dirjen Perhubungan Udara, Kemenhub

Topcareer.id – Program Jembatan Udara yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan sangat dirasakan oleh masyarakat di pedalaman Papua, Kalimantan dan Sulawesi , khususnya daerah-daerah yang secara geografis memang tidak dimungkinkan dijangkau oleh moda lain selain transportasi udara.

Dirjen Perhubungan Udara, Polana B, Pramesti mengatakan bahwa Jaringan Rute Perintis Tahun 2019 adalah 190 rute penumpang, 39 rute kargo dari 19 koordinator wilayah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan khususnya untuk Papua dan Papua Barat memiliki 120 rute perintis .

Dok. Humas Dirjen Perhubungan Udara, Kemenhub

“Tahun 2019 ini, rute angkutan udara perintis penumpang dan angkutan udara perintis kargo yang dikenal dengan jembatan udara terbesar dilayani didaerah Papua dan Papua Barat dengan harapan dapat mendukung penurunan disparitas harga pada daerah terpencil yang tidak dapat dilayani oleh moda lain” jelas Polana di Jakarta, Rabu (4/11/2019).

Salah seorang warga Pegunungan Bintang – Papua, Yohanes F Kayarmabin (35) yang bekerja sebagai Direktur Gudang Penyimpanan Kargo Bersubdisi di Bandara Oksibil sangat antusias bercerita terkait dengan menurunnya harga-harga barang di wilayahnya.

“Turunnya bisa sampai 50% hingga 70% untuk komoditi tertentu dan warga girang bukan kepalang, luar biasa. Program subsidi kargo ini sangat membantu kami. Beras ukuran 25 kilogram yang semula harganya Rp 800 ribu rupiah kini bisa didapat dengan harga Rp 500 ribu. Begitu pun kebutuhan pokok lain seperti minyak, garam, gula, tepung terigu, daging sapi, daging ayam, kopi, mie instan, sampai ikan sarden, sabun mandi, dan pampers,” papar Yohanes

Dok. Humas Dirjen Perhubungan Udara, Kemenhub

Yohanes berharap, penerbangan yang membawa kargo bersubsidi bisa lebih ditingkatkan. “Pertama, harus dipastikan penerbangan yang setiap hari antara 3-5 kali berjalan lancar dan konsisten. Berikutnya, kami berharap frekuensi penerbangan itu bisa ditambah lagi,” tambahnya.

Jembatan udara melalui penerbangan pesawat kargo bersubdisi membawa muatan 1.200 kg sekali jalan atau sekitar 8-10 ton barang setiap harinya. Jumlah ini dirasakan masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan warga Kota Oksibil dan distrik dan kampung sekitarnya, misalnya Distrik Oksepang, Okbape, Serambakon, serta Kampung Yapimakot dan Dabolding.

“Di wilayah Pegunungan Bintang ini total ada 76 lapangan terbang, selain Bandara Oksibil yang ada di ibu kota kabupaten,” ungkap Plt. Kepala Bandar Udara Oksibil, Agus Hadi.

Khusus Bandara Oksibil, setiap hari melayani 50 pergerakan pesawat, artinya ada 100 take off dan landing dari bandara ini menuju Tanah Merah di Boven Digoel maupun Sentani, Jayapura.

Beratnya medan ke wilayah pedalaman yang hanya bisa ditempuh melalui angkutan udara tak jarang membuat harga kebutuhan pokok di Kabupaten Pegunungan Bintang melambung. Harga BBM jenis premium pernah menembus Rp 150 ribu per liter, sementara dalam kondisi ‘normal’ rata-rata harga bensin mencapai Rp 45 ribu setiap liternya.

“Mahalnya harga bahan bangunan juga membuat biaya pembangunan rumah sangat tinggi. Hampir semua rumah terbuat dari kayu, karena harga semen dan material amat mahal. Membangun rumah dari batu di sini bisa membutuhkan biaya sekitar Rp 15 juta setiap meter perseginya,” papar Agus Hadi.

“Kami berterima kasih kepada Kementerian Perhubungan atas berjalannya program jembatan kargo, Kebijakan ini membuat disparitas antara harga kebutuhan pokok di kota dan Pegunungan Bintang bisa terpangkas,” kata Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Pegunungan Bintang Alferus Sanuari.

Alferus berharap harga barang bisa ditekan lagi, yakni dengan adanya Tol Laut khusus yang melayani pengiriman barang untuk Pegunungan Bintang dan terkoneksi Jembatan Udara Kementerian Perhubungan.

“Jadi barang-barang dari Surabaya melalui Tol Laut ke Boven Digoel ada yang secara khusus diperuntukkan bagi warga Pegunungan Bintang. Dari situ, langsung dikirim ke Oksibil melalui program Subdisi Angkutan Udara Kargo Perintis,” ungkapnya.

Subsidi Kargo Perintis membuat warga Pegunungan Bintang tersenyum cerah. Secerah kebangaan atas produk unggulan ‘Kopi Oksibil’ serta potensi besar eksplorasi tambang di kabupaten yang didiami oleh Suku Ngalum ini.

Exit mobile version