Topcareer.id – Selain kemampuan mumpuni di bidang keahlian masing-masing, jaringan atau networking yang baik menentukan perjalanan karier seseorang.
Saat banyak ahli karier menganjurkan agar kita memperluas networking atau jaringan pergaulan di dunia kerja, kamu mungkin pernah dihadapkan pada ambiguitas antara networking dan nepotisme.
Terkadang orang menganggap networking tak ubahnya praktik nepotisme. Asal punya kenalan orang dalam, pekerjaan di perusahaan apa pun gampang didapat. “Jelas ada perbedaan antara nepotisme dan networking,” kata Nancy Irwin, ahli hipnoterapi dan pemilik klinik psikologi di Los Angeles.
“Dengan nepotisme, kamu diberi kesempatan bekerja dengan alasan hubungan pribadi. Tapi networking, kamu membuat dan membangun jaringan pergaulan sosial sendiri. Dari situ, kamu mendapatkan informasi dan kesempatan-kesempatan tertentu. Networking jelas lebih sehat secara psikologis untuk semua pihak yang berkaitan, karena itu terbangun dari nilai bukan perasaan.”
Baca juga: 6 Pertanyaan Sulit Saat Wawancara, dan Bagaimana Menjawabnya
“Networking bukan jalan pintas. Butuh waktu dan prosesnya harus diatur sedemikian rupa. Tapi ini salah satu cara paling efektif dalam pencarian kerja. Sedangkan nepotisme hanyalah jalan pintas untuk mempercepat proses pencarian kerja,” ujar Nancy panjang.
Mungkin secara teori kamu mengetahui apa beda nepotisme dan networking. Tapi bisa jadi tanpa disadari kamu pernah melakukan praktek nepotisme. Bagaimana membedakan nepotisme dengan networking? Kira-kira begini contohnya:
- Kamu mendapat informasi dari senior atau keluarga, ada perusahaan yang membutuhkan karyawan dengan spesifikasi tertentu. Kamu merasa cocok dengan kualifikasi yang dibutuhkan, lalu melamar dan melewati proses penyeleksian -> Networking.
- Setelah memasukkan surat lamaran di sebuah perusahaan, kamu menghubungi keluarga atau senior yang sudah terlebih dahulu bekerja di perusahaan itu. Tiba-tiba Anda diterima bekerja di posisi yang kamu inginkan tanpa proses seleksi -> Nepotisme.
- Kamu menitipkan CV dan surat lamaran kepada keluarga atau teman di sebuah perusahaan. Teman atau keluarga kamu meletakkannya di meja HRD, tanpa pesan khusus -> Networking.
- Ayah kamu pemilik bisnis restoran. Sejak kecil, kamu tertarik dengan dunia pengolahan kuliner dan mengenyam pendidikan kuliner. Setelah lulus kuliah, kamu langsung ditempatkan sebagai koki di restorannya -> Networking.
- Ayah kamu pemilik bisnis restoran. Sejak kecil kamu sama sekali tak menaruh minat pada bisnis yang digeluti. Kamu lebih tertarik dengan dunia seni. Setelah lulus, kamu diminta menjadi kepala administrasi restoran ayah -> Nepotisme.
- Kamu bekerja di perusahaan milik kerabat jauh ayah. Prestasi kerja biasa-biasa saja. Ketika ada promosi jabatan, kamu mendapat promosi, sama dengan rekan kerja yang lebih berbakat dan antusias -> Nepotisme. * Diolah dari Berbagai Sumber