TopCareerID

Kisah Buruh Lepas Penggali Tanah di Jalan Makam Pahlawan Kalibata

Buruh kasar penggali tanah di sekitar Jalan Taman Makam Pahlawan, Kalibata Jakarta Selatan. Foto: Topcareer.id/Hilda

Topcareer.id – “Sepanjang jalan kenangan..kita selalu bergandeng tangan…” Itu potongan lirik lagu yang selalu hadir saat suasana romantis. Tapi, sepanjang jalan Taman Makam Pahlawan, pemandangan kerap diisi oleh orang yang duduk-duduk sambil bawa cangkul, dan menunggu sesuatu. Yah, jadi nggak romantis nih.

Pernahkah lewat Jalan Raya Kalibata atau Jalan Taman Makam Pahlawan, Kalibata di Jakarta Selatan? Atau malah sering? Pemandangan orang duduk-duduk sepanjang trotoar sambil membawa cangkul bukan hal yang asing.

Mereka bahkan sudah eksis beberapa puluh tahun lalu. Dan masih melakukan pekerjaan yang sama sehari-hari lewat Jalan Raya Kalibata itu. Seperti Aca Sukmawan yang ditemui Topcareer.id, Kamis (10/1/2020).

“Iya itu tukang gali semua (yang duduk-duduk sepanjang Jalan Makam Pahlawan), tenaga kerja lepas harian. Saya dari tahun 93 (1993). Ada yang dari tahun 2000-an. Ya kerjanya nongkrong-nongkrong sepanjang jalan ini. Tujuannya sih nyari kerjaan,” kata laki-laki yang akrab disapa Aca ini.

Aca mengaku bahkan pekerjaannya ini didahului oleh orangtuanya, sejak tahun 70an. Sepanjang jalan itu seperti sudah terkenal jika ingin menyewa tenaga kasar harian, untuk pekerjaan galian. Makanya, alat khas yang tampak mereka bawa itu cangkul.

Pekerjaan apa saja yang dilakukan Aca dan kawan-kawannya? Ia mengaku pekerjaan yang ditangani biasanya berdasar permintaan dari klien perseorangan. Tapi, mereka bukan mengerjakan galian kuburan para pahlawan. Tak jarang proyek borongan yang butuh banyak pekerja.

“Gali-gali gitu. Tergantung yang nyuruh juga, ada yang nyuruh ngecor, gali septic tank, fondasi, nguras saluran. Kemarin aja teman-teman itu kerja untuk yang kebanjiran, nguras-nguras lumpur, tergantung yang nyuruh sih,” ucap Aca.

Pendapatan

Ya, namanya tenaga kerja harian lepas, pendapatan pun tak bisa dipatok “sekian” kayak gajian. Kadang becek, kadang kering. Itu yang diakui oleh Aca ketika bicara soal pendapatan.

Jika dapat pekerjaan yang bagus, ia bahkan bisa terima sampai Rp1 jutaan sehari. Sayang, itu nominal yang hanya diterima sekali dua kali dalam sepanjang hidupnya bekerja di situ. Kalau sepi, kadang seminggu saja tak dapat kerjaan apa-apa.

“Kalau harian istilahnya semuanya kejar target. Kalau harian ada juga Rp200 ribu-Rp300 ribu, atau sampai Rp350 ribu. Bisa dua kali tiga kali sehari (kerjanya). Kalau ketemunya borongan enak. Tahun 2014 pernah, sehari gaji saya nyampe Rp1.050.000. Pernah, tapi jarang,” tutur Aca di sela-sela gerimis.

Biasanya proyek yang banyak duitnya itu kalau dapat pekerjaan borongan, bisa sampai ngeborong banyak pekerja juga. Setidaknya butuh 4 sampai 5 orang untuk pekerjaan ini. Pernah bahkan sampai 12 orang untuk pekerjaan meratakan tanah.

Kalau dihitung rata-rata, Aca menjawab jika sebulan ia bisa terima sekitar Rp2 juta hingga Rp3 jutaan. Ia senang jika pekerjaan yang didapatnya seperti penggalian septic tank. Untuk gali satu lobang bisa meraup Rp1,5 juta dengan 2 orang pekerja.

Sebelum konsisten bekerja sebagai buruh kasar di Jalan TMP, ia sempat juga bekerja di kampung halaman (Majalengka) di pabrik genteng. Tapi kini ia persis mewarisi pekerjaan orangtuanya sebagai buruh kasar yang menunggu rezeki lewat Jalan Makam Pahlawan.

Exit mobile version