TopCareerID

Mendeteksi Kebohongan dengan Membaca Bahasa Tubuh

Ilustrasi. (dok. Oprah)

Topcareer.id – Saat masih kecil orangtua selalu mengajarkan kita agar selalu berkata jujur. Tapi suatu kali mungkin saja kamu disuruh mengangkat telepon dari tetangga yang menyebalkan dan ayah membisikkan, “Bilang, ayah tak ada.” Kontradiktif, kan?

Fakta seperti ini otomatis membentuk pola pikir, berbohong boleh dilakukan asal ada alasannya. Ini terus berlanjut sampai kita beranjak dewasa, tanpa menyadarinya.

Kebiasaan “berbohong demi kebaikan” biasa dilakukan di tempat kerja. Ada seseorang menelepon, lalu kamu segera memberi pesan pada rekan sebelah: “Kalau si X mencari, katakan aku sedang rapat.” Kebohongan lewat telepon berlanjut ke percakapan langsung. Kamu bisa bersikap palsu saat berhadapan dengan orang lain.

Baca juga: Poin Kebohongan Paling Umum yang Ada di Resume Adalah?

Tapi sesungguhnya kepalsuan atau kebohongan itu bisa dibaca melalui kode-kode yang diluncurkan tubuh sendiri. “Kamu mencoba bersikap kalem saat bicara kepada CEO, tapi tak bisa berhenti mengetuk-ngetukkan pulpen di meja. Bahasa tubuh memberi kode setiap waktu, dan kode-kode itu bisa dibaca,” kata Dennus Kravets, penulis buku Relating Effectively.

“Orang bisa mengontrol apa yang akan mereka katakan, tapi tak ada yang bisa mengendalikan bahasa tubuh lebih dari beberapa menit pada waktu yang sama,” tambah Kravetz.

Dr Nick Morgan, pimpinan sekaligus pendiri organisasi komunikasi Public Words melakukan penelitian untuk mengidentifikasi beberapa kode yang muncul dari gerakan tubuh saat seseorang berkata bohong. Beberapa penelitiannya menyimpulkan:

Sikap dan bahasa tubuh yang terkesan menutupi sesuatu sangat merugikan kamu yang dituntut mampu meyakinkan klien lewat presentasi. Bagaimana mereka mau percaya pada presentasi kamu, kalau bahasa tubuh kamu memberikan kode tak meyakinkan? * Diolah dari berbagai sumber.

Exit mobile version