TopCareerID

Makanan Orang Susah yang Kini Jadi Santapan Kaum Elit

Foto: Okezone

Topcareer.id – Mungkin beberapa dari kita berpikiran bahwa kaum elit selalu bergelimang, pamer harta emas berlian, dan tak pernah bersentuhan dengan kegiatan kaum menengah ke bawah.

Padahal, tak semuanya begitu. Mereka juga terbukti mengadaptasi beberapa kegiatan orang susah di zaman dulu. Salah satunya dalam hal makanan.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut daftar makanan milik kaum menengah ke bawah yang kini jadi santapan mewah para kaum elit.

Pizza

Makanan yang ditemukan di Napoli, Italia ini merupakan makanan bagi rakyat jelata yang awalnya hanya bertopping minyak zaitun dengan garam yang dipanggang.

Suatu hari, Ratu Margherita datang pada 1889 untuk menyatukan Italia Utara dan Italia Selatan. Ia sempat mampir ke salah satu kedai terkenal di daerah Napoli milik Raffaele Esposito, Pizzeria Brandi.

Esposito kemudian membuat pizza dengan base saus tomat, topping keju mozzarela dan daun basil. Ratu Margherita mencintai pizza buatannya sampai Esposito memberi nama pizza tersebut “Pizza Margherita.” Sang ratu pun akhirnya menggaungkan makanan ini sehingga dijadikan simbol kuliner negara Italia.

Banyak orang di luar Italia pun menyukai pizza sehingga saus dan topping yang dipakai mulai beragam dan disesuaikan sesuai selera dan budaya masing-masing kota dan negara.

Lobster

Pada tahun 1662 di Inggris, lobster masih dianggap sebagai hama laut karena populasinya yang melimpah. Hama artinya sampah, karena dianggap sampah, maka orang Inggris pada saat itu memberikannya kepada para narapidana.

Gubernur Plymouth, William Bradford bahkan pernah memohon maaf dengan rasa malu, “Harap maklum karena kami cuma bisa menyediakan lobster dan air putih. Tanpa roti atau makanan lain.”

Tak hanya di Inggris, hingga awal abad 20, lobster juga masih melimpah ruah di dataran Eropa yang memiliki pesisir. Salah satunya Prancis.

Memasuki 1940-an, lobster dianggap sebagai makanan hewan kalengan. Mereka juga dijadikan pupuk kandang untuk para petani.

Ketika jalur rel kereta api di dataran Amerika Serikat selesai pada abad 19, pihak kereta api menyediakan lobster sebagai hidangan panasnya. Pihak kereta api mengambil lobster dari Amerika Serikat bagian Timur seperti Massachusets, Maine dan Louisiana yang menganggap lobster sebagai sampah.

Orang Amerika Serikat bagian Barat yang tidak tahu apa-apa tentang anggapan itu, dihidangkan lobster dengan cara yang mewah. Seperti diberi mentega dan perasan lemon.

Sekarang, lobster jadi menu di restoran kelas kakap dengan harga yang menguras dompet. Tahun 2015 saja, 160,000 ton lobster ditangkap dan dipanen di seluruh dunia.

Produk Organik & Ramah Lingkungan

Selain makanan, pemakaian produk organik dan ramah lingkungan cenderung dipakai kaum elit karena membuat mereka merasa telah menyelamatkan alam.

Beberapa contohnya adalah botol plastik daur ulang, pakaian dengan bahan dasar daur ulang, serta pembungkus makanan berbahan alami.

Tahun 1980-an, para ilmuwan menganggap bahan baku murni lebih murah, kuat dan tahan lama. Di zaman tersebut tidak banyak orang membawa plastik kresek, kebanyakan masih memakai produk organik seperti daun pisang untuk membungkus makanan.

Kini, masakan Indonesia akan terlihat lebih mahal dan mewah jika dibungkus atau di-plating menggunakan daun pisang ketimbang kertas minyak yang ada di pasaran. Harganya pun semakin naik seiring berkurangnya pohon pisang akibat kondisi alam yang tidak menentu.

Seiring gagalnya teori ilmuwan di 1980-an, dibuatlah program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang mulai ramai di era 2000-an. Hal ini dilakukan untuk menghindari penumpukan sampah yang berlebihan dan ancaman global warming yang semakin nyata.

Exit mobile version