TopCareerID

8 Mitos Terkait Virus Corona yang Meresahkan (Plus Jawabannya)

Ilustrasi virus korona. (dok. Webmd)

Topcareer.id – Semenjak maraknya kasus virus corona COVID-19, setiap orang mencari tahu berbagai bentuk antisipasi agar terhindar dari virus yang awalnya berasal dari Wuhan, China itu. Apalagi saat ini belum ada vaksin yang mencegah virus corona baru itu. Hal itu lantas meninggalkan sejumlah mitos seputar virus corona.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan bahwa cara terbaik untuk mencegah penyakit adalah menghindari terkena virus. Misal dengan mencuci tangan, hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut, serta tutupi batuk atau bersin dengan tisu.

Bagaimana dengan menggunakan masker atau makan bawang putih? Itu mitos-mitos yang beredar. Dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan CDC pun menjawab mitos-mitos tersebut.

Baca juga: Apa Kantor Kamu Siap Hadapi Virus Corona?

1.Masker wajah

Ketika virus corona baru menular ke beberapa negara, masker wajah seolah menjadi pertahanan pertama dan yang paling mudah dilakukan agar tidak tertular. Meskipun gagasan memiliki masker wajah mungkin tampak seperti langkah preventif untuk tidak tertular virus corona, itu sebenarnya tidak efektif.

“CDC tidak merekomendasikan bahwa orang yang mengenakan masker wajah baik untuk melindungi diri dari penyakit pernapasan, termasuk COVID-19. Masker wajah harus digunakan oleh orang yang menunjukkan gejala COVID-19 untuk membantu mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain,” kata CDC.

2. Apakah pengering tangan efektif membunuh virus corona?

CDC jelas menjawab tidak. Pengering tangan tidak efektif dalam membunuh 2019-nCoV. Untuk melindungi diri dari virus corona baru, kamu harus sering membersihkan tangan dengan cairan berbasis alkohol atau mencucinya dengan sabun dan air. “Setelah tangan dibersihkan, kamu harus mengeringkannya dengan handuk kertas atau pengering udara hangat,” menurut WHO.

3. Dapatkah lampu desinfeksi ultraviolet membunuh virus corona?

Lampu UV sebaiknya tidak digunakan untuk mensterilkan tangan atau area kulit lainnya karena radiasi UV dapat menyebabkan iritasi kulit.

4. Seberapa efektif thermal scanner dalam mendeteksi orang yang terinfeksi virus corona baru?

Thermal scanner efektif dalam mendeteksi orang yang menderita demam (yaitu memiliki suhu tubuh lebih tinggi dari normal) karena infeksi dengan virus corona baru. Namun, itu tidak dapat mendeteksi orang yang terinfeksi tetapi belum sakit demam. Ini karena dibutuhkan antara 2 dan 10 hari sebelum orang yang terinfeksi menjadi sakit dan mengalami demam.

Baca juga: Tiga Industri yang Tak Terpengaruh Virus Corona

5. Bisakah menyemprotkan alkohol atau klorin ke seluruh tubuh membunuh virus corona?

Tidak. Menyemprotkan alkohol atau klorin ke seluruh tubuh tidak akan membunuh virus yang telah memasuki tubuh. Menyemprotkan zat-zat semacam itu bisa berbahaya bagi pakaian atau selaput lendir (mis. mata, mulut). Ketahuilah bahwa alkohol dan klorin dapat berguna untuk mendisinfeksi permukaan, tetapi perlu digunakan di bawah rekomendasi yang tepat.

6. Apakah vaksin melawan pneumonia melindungi dari virus corona?

“Tidak. Vaksin terhadap pneumonia, seperti vaksin pneumokokus dan vaksin Haemophilus influenza tipe B (Hib), tidak memberikan perlindungan terhadap virus corona baru,” tulis WHO dalam laman resminya.

Virus ini sangat baru dan berbeda sehingga membutuhkan vaksin sendiri. Para peneliti sedang mencoba mengembangkan vaksin melawan 2019-nCoV, dan WHO mendukung upaya mereka. Meskipun vaksin ini tidak efektif terhadap 2019-nCoV, vaksinasi terhadap penyakit pernapasan sangat dianjurkan untuk melindungi kesehatan.

7. Bisakah makan bawang putih membantu mencegah infeksi virus corona?

Bawang putih adalah makanan sehat yang mungkin memiliki beberapa sifat antimikroba. Namun, tidak ada bukti dari wabah saat ini bahwa makan bawang putih telah melindungi orang dari virus corona baru.

8. Apakah antibiotik efektif dalam mencegah dan mengobati virus corona?

Tidak, antibiotik tidak bekerja melawan virus, hanya bakteri. Coronavirus baru (2019-nCoV) adalah virus dan, oleh karena itu, antibiotik tidak boleh digunakan sebagai sarana pencegahan atau pengobatan.

“Namun, jika kamu dirawat di rumah sakit untuk 2019-nCoV, kamu mungkin menerima antibiotik karena koinfeksi bakteri mungkin terjadi.” *

Editor: Ade Irwansyah

Exit mobile version