TopCareerID

WHO Klaim Korea Selatan Negara Terbaik Tangani Pandemi Corona. Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Tes corona di Korea Selatan. (dok. Getty Images)

Topcareer.id – Direktur Jenderal Orgnisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengapresiasi Korea Selatan sebagai negara terbaik dalam menangani pandemi virus corona.

Tedros menyebut hal itu melalui akun Twitter-nya @drtedros.

WHO juga berterimakasih kepada Presiden Korea Selatan Mon Jae In karena telah terbuka dalam berbagi data epidemiologis dan klinis serta langkah-langkahnya dalam mengendalikan penyebaran virus corona.

Apa yang dilakukan Korea Selatan dalam upayanya menekan penyebaran virus corona?

Usaha Korea Selatan meratakan kurva Covid-19 dengan melakukan pengujian awal, deteksi, dan pencegahan.

Baca juga: Data Covid-19 Indonesia: 4.839 Positif, 139.137 ODP dan 10.482 PDP. Apa Artinya?

Sejak China pertama kali melaporkan kasus pertama virus corona, para pemimpin dan staf medis di Korea Selatan langsung sigap bersiap menghadapi hal terburuk yang akan terjadi.

“Bertindak cepat adalah keputusan paling penting yang dibuat Korea Selatan,” kata Hwang Seung-Sik, seorang profesor di Sekolah Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Nasional Seoul.

Pada awal Februari 2020, tes pertama telah disetujui. Kolaborasi aktif antara pejabat pemerintah pusat dan daerah serta para staf medis sudah terjadi sebelum kasus mulai menumpuk, hal ini memungkinkan kapasitas pengujian Korea Selatan sudah bisa mencapai 20.000 orang per hari di 633 lokasi.

Pengujian awal berarti deteksi dini infeksi di Korea Selatan, di mana proporsi pasien yang relatif lebih besar tidak menunjukkan gejala atau gejala yang sangat ringan, menurut Hwang.

Di bawah sistem perawatan kesehatan berbayar Korea Selatan, biaya tes sebesar USD 134. Tetapi dengan rujukan dokter atau bagi mereka yang telah melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi, tes diberikan gratis. Bahkan orang asing yang tidak memiliki dokumen resmi pun tetap didesak untuk diuji dan tidak akan menghadapi ancaman karena status ilegal mereka.

Bersiap gelombang kedua

Korea Selatan melakukan penelusuran dan pemetaan yang luas. Para pemimpin di Korea Selatan telah meningkatkan efisiensi untuk rumah sakit-rumah sakit yang kewalahan untuk secara digital memantau pasien-pasien berisiko rendah untuk karantina, serta mengawasi para turis yang sedang berada di sana diwajibkan memasukkan data gejala mereka ke dalam aplikasi.

Situs-situs seperti Corona Map menghasilkan update informasi real time tentang di mana pasien saat ini berada dan memberi tahu orang Korea proaktif yang berfokus untuk melindungi diri mereka sendiri.

Warga Korea Selatan bersedia untuk melepaskan hak privasi mereka dan mengijinkan negara untuk melakukan publikasi informasi sensitif atas nama keselamatan publik di Korea Selatan, kata profesor Ju Youngkee, yang mengajar jurnalisme kesehatan dan data di Hallym University.

Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Sekolah Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Nasional Seoul, 78,5 persen responden setuju bahwa mereka akan mengorbankan perlindungan hak privasi mereka untuk membantu mencegah epidemi nasional.

Hand sanitizer diletakkan di depan hampir setiap pintu masuk gedung dan lift untuk keperluan umum. Dan setiap orang selalu mengenakan masker saat keluar rumah.

Kini Korea Selatan Korea Selatan mulai menerapkan pengujian baru pada semua kedatangan dari luar negeri. Menurut laporan berita lokal, Korea Selatan bersiap untuk “gelombang kedua” dari kluster impor. Bahkan mereka yang hasil tesnya negatif wajib dikarantina sendiri selama 14 hari.

Hingga Jumat (17/4/2020) Korea Selatan telah memiliki 10.635 kasus COVID-19, dengan angka kematian 230 orang, dan 7.829 pasien telah sembuh. *

Editor: Ade Irwansyah

Exit mobile version