Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Saturday, April 20, 2024
redaksi@topcareer.id
Tren

Tujuh Langkah Hentikan Berita Hoax di Tengah Pandemi

(pixabay)

Topcareer.id – Informasi seputar virus corona merajalela di dunia maya. Ya, banyak informasi benarnya, tapi tak sedikit pula yang cuma hoax atau informasi salah. Di masa pandemi ini, bijaklah dalam mengkonsumsi informasi.

Para ahli menyerukan kepada masyarakat untuk mempraktikkan “information hygiene“. Jadi apa yang dapat kita lakukan untuk menghentikan penyebaran informasi buruk secara online? Berikut ulasannya, seperti dalam laman BBC.

1. Berhenti lalu pikirkan

Ketika kamu menerima informasi baru, baik melalui email, WhatsApp, Facebook atau Twitter, kamu memang dapat dengan cepat meneruskannya kepada mereka. Tetapi para ahli mengatakan hal pertama yang dapat kamu lakukan untuk menghentikan kesalahan informasi adalah berhenti dan berpikir. Jika kamu ragu, jeda, dan periksa lebih lanjut.

Baca Juga: Facebook Akan Beri Notifikasi Pengguna Yang `Like` Posting Hoax Corona

2. Periksa sumbernya

Sebelum kamu meneruskannya, ajukan beberapa pertanyaan dasar tentang dari mana informasi itu berasal. Itu adalah bendera merah besar jika sumbernya adalah “teman seorang teman” atau “tetangga rekan tantemu”.

Kadang beberapa detail dalam posting hoax yang viral itu akurat. Beberapa versi, misalnya, mendorong mencuci tangan untuk memperlambat penyebaran virus. Tetapi rincian lainnya berpotensi berbahaya, membuat klaim yang belum terbukti tentang cara mendiagnosis penyakit.

“Sumber informasi yang paling dapat diandalkan adalah badan kesehatan masyarakat seperti NHS, Organisasi Kesehatan Dunia, atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS,” kata Claire Milne, wakil editor organisasi pemeriksa fakta Full Fact yang berbasis di Inggris.

3. Mungkinkah itu palsu?

Sangat mungkin informasi itu tersamar sebagai akun dan otoritas resmi. Tangkapan layar juga dapat diubah agar tampak seperti informasi berasal dari badan publik tepercaya. Periksa akun dan situs web yang diketahui dan diverifikasi. Jika kamu tidak dapat dengan mudah menemukan informasinya, itu mungkin tipuan.

Baca juga: Tantangan PR di Era Post-Truth: Mengenali Hoax

Dan jika sebuah posting, video atau tautan terlihat mencurigakan, mungkin memang demikian. Huruf kapital dan font yang tidak cocok adalah sesuatu yang digunakan pemeriksa fakta sebagai indikator posting yang mungkin menyesatkan, menurut Claire Milne dari Full Fact.

4. Tidak yakin apakah itu benar? Jangan bagikan

Jangan teruskan pikiranmu jika “kalau-kalau” itu mungkin benar. Kamu mungkin melakukan lebih banyak kerusakan daripada kebaikan. Seringkali kita memposting sesuatu ke tempat-tempat di mana kita tahu ada ahli – seperti dokter atau profesional medis. Itu mungkin baik-baik saja, tetapi pastikan kamu merasakan tentang keraguanmu sangat jelas.

5. Periksa setiap fakta, secara individual

Misal, ada voice note yang beredar di WhatsApp berupa saran dari orang rumah sakit. Tapi mungkin itu adalah campuran dari saran yang akurat dan tidak akurat. Ketika kamu dikirim daftar panjang saran, mudah untuk percaya semuanya ketika kamu salah satu tips (katakanlah, tentang mencuci tangan) adalah benar. Tapi tidak selalu begitu.

Baca juga: Tantangan Facebook Menghalau Hoax Corona di WhatsApp, Bisakah?

6. Waspadai posting emosional

Hal-hal itulah yang membuat kita takut, marah, cemas, atau gembira yang cenderung menjadi viral. “Ketakutan adalah salah satu pendorong terbesar yang memungkinkan informasi yang salah berkembang,” kata Claire Wardle dari First Draft, dalam laman BBC.

Seruan mendesak untuk bertindak dirancang untuk meningkatkan kecemasan, jadi berhati-hatilah.

7. Pikirkan tentang bias

Apakah kamu membagikan sesuatu karena Anda tahu itu benar, atau hanya karena kamu menyetujuinya? Carl Miller, direktur penelitian Pusat Analisis Media Sosial di Think Tank Demo, mengatakan bahwa seseorang lebih cenderung berbagi posting yang memperkuat keyakinannya. *(RW)

Leave a Reply