TopCareerID

Bocoran Buat Pedagang, Perubahan Cara Belanja Usai Pandemi (Bagian 2)

Belanja lebaran

Topcareer.id – Bekerja dari rumah, belajar online, olah raga digital, pertemuan virtual hingga belanja online, merupakan cara-cara baru yang muncul sebagai imbas dari wabah virus corona.

Pada akhirnya, setiap dari kita perlu adaptasi baru, terutama juga dalam hal konsumsi. Itu yang mungkin perlu jadi perhatian para pedagang retail usai pandemi.

“Kebiasaan baru yang terbentuk selama pandemi ini pada tahun 2020 akan “jauh melampaui pola pengeluaran kita,” kata Emily Miller, Wakil Presiden Strategi & Wawasan di perusahaan Big Red Rooster, dalam laman CNBC. 

Berikut daftar lengkapnya:

4. Penurunan pengeluaran diskresioner

Pengeluaran diskresioner ini bisa dibilang pengeluaran yang tidak begitu penting. Pandemi menyebabkan banyak dari kita fokus pada persediaan bahan makanan dan kebutuhan rumah tangga, sambil mengurangi pengeluaran untuk pakaian dan hal-hal lain yang tidak segera dibutuhkan.

Penjualan ritel anjlok 8,7% pada bulan Maret, penurunan terbesar sejak pemerintah mulai melacak penjualan pada tahun 1992.

Miller Big Red Rooster memprediksikan, mirip dengan setelah Resesi Hebat, konsumen akan mencari barang murah untuk beberapa waktu dan akan berpikir dua kali sebelum mendapatkan sepasang sepatu baru.

Pengecer yang menjual barang-barang seperti pakaian, perhiasan, dan aksesori lainnya perlu beradaptasi atau berisiko mengalami penurunan penjualan.

5. Semuanya menjadi virtual

Pandemi ini telah mempercepat laju orang untuk bertemu, belajar, berolahraga, dan bahkan berkencan secara virtual.

Tren belanja online sendiri sebenarnya sudah booming sebelum Covid-19, dan mampu membanting ekonomi dan memaksa banyak pengecer untuk menutup pintu mereka. Usai pandemi, tren ini akan semakin populer.

Oleh karena itu, pengecer perlu menjadi kreatif, karena konsumen menjadi lebih nyaman membeli barang di internet. Mereka perlu menemukan cara yang lebih baik untuk memamerkan inventaris online, dan memastikan pembeli bisa mendapat ukuran sesuai untuk pakaian dan sepatu yang akan dibeli.

Warby Parker, misalnya, memiliki fitur uji coba virtual untuk kacamatanya di situs webnya. Perusahaan perlu menawarkan lebih banyak pengalaman seperti ini, kata Miller.

6. Loyal terhadap merek yang memberi kepercayaan diri

Miller mengatakan, konsumen akan membeli dari brand yang sensitif terhadap krisis, kesehatan dan keselamatan individu. Perusahaan-perusahaan ini membuat pelanggan merasa lebih percaya diri dan lebih baik tentang keputusan mereka dalam berbelanja. Dia mengutip Nike sebagai salah satu contoh.

Nike pada bulan Maret merilis sebuah iklan yang mengatakan, “Play inside, play for the world.” Slogan ini mendorong orang untuk tetap tinggal di dalam rumah selama pandemi guna mengurangi penyebaran Covid-19.

7. Keputusan yang digerakkan secara global

“Kami memiliki pengalaman bersama ini di tingkat manusia,” jelas Miller.

“Mungkin kamu duduk di rumahmu di Ohio, dan melihat orang-orang di Italia memiliki pengalaman yang sama. Kami berusaha menemukan cara untuk menyibukkan diri. (Pandemi) menyatukan kita secara global. “

Untuk alasan itu, ia percaya konsumen akan lebih sadar dari mana barang berasal dan diproduksi, di dunia pasca-Covid-19. Pengecer juga perlu lebih transparan tentang rantai pasokan global mereka, katanya.

“Ini memberi kita kesadaran tentang seberapa tergantung atau saling terhubungnya kita.”

Editor: Feby Ferdian

Exit mobile version