Topcareer.id – Walikota Osaka, kota terbesar ketiga di Jepang menghadapi reaksi publik setelah ia menyerukan pria lebih cocok untuk berbelanja kebutuhan selama pandemi virus corona, karena wanita terlalu lama jika pergi berbelanja ke supermarket.
Lonjakan korban COVID-19 akibat virus corona di sana telah membuat negara memberlakukan pembatasan secara nasional. Walikota Osaka Ichiro Matsui menyiratkan bahwa pembeli laki-laki akan mengurangi potensi penyebaran virus karena mereka akan menghabiskan lebih sedikit waktu di toko-toko.
“Perempuan membutuhkan waktu lebih lama berbelanja bahan makanan karena mereka menelusuri berbagai produk dan mempertimbangkan pilihan mana yang terbaik,” kata Matsui kepada wartawan pada konferensi pers virus corona di Osaka, April lalu.
Baca Juga: Bocoran Buat Pedagang, Perubahan Cara Belanja Usai Pandemi (Bagian 2)
“Para pria dengan cepat mengambil apa yang diperintahkan untuk dibeli sehingga mereka tidak akan berlama-lama di supermarket dan menghindari kontak dekat dengan orang lain,” tambah Matsui.
Perempuan merupakan 51% dari populasi Jepang, menurut data Bank Dunia. Tetapi Jepang berada di peringkat 110 dari 149 negara dalam indeks World Economic Forum yang mengukur tingkat kesetaraan gender.
Komentar walikota mendorong jurnalis populer Jepang Shoko Egawa untuk memposting tweet bahwa “orang yang tidak tahu apa-apa tentang kehidupan sehari-hari jangan membuat komentar.”
Tweet Egawa ini mengumpulkan lebih dari 3.000 retweet, dengan satu pengguna media sosial tweet menyebutkan bahwa Matsui mungkin belum pernah berbelanja sendiri.
Baca Juga: Bocoran Buat Pedagang, Perubahan Cara Belanja Usai Pandemi (Bagian 1)
Jepang tetap merupakan masyarakat yang didominasi laki-laki. Negara ini berada di peringkat 110 dari 149 negara dalam indeks kesenjangan gender global Forum Ekonomi Dunia (WEF) terbaru. Negara ini juga berada di peringkat bawah di antara negara-negara G7 untuk kesetaraan gender, meskipun Perdana Menteri Shinzo Abe berjanji untuk memberdayakan perempuan yang bekerja melalui kebijakan yang disebut “womenomics.”
Osaka telah berada dalam keadaan darurat sejak 7 April. Komentar Matsui muncul setelah ia menyarankan supermarket membatasi jumlah orang yang memasuki toko dan merekomendasikan kepada masyarakat hanya berbelanja bahan makanan sekali setiap dua hingga tiga hari. * (RW)