TopCareerID

Waduh, Pria Botak Lebih Rentan Terkena Covid-19 Menurut Ilmuwan

Pola makan tinggi lemak bisa sebabkan rambut rontok hingga botak.

Ilustrasi. (dok. The Sun)

Topcareer.id – Pria botak tampaknya memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita gejala Covid-19 yang disebabkan virus corona lebih parah. Faktor ini ditandai setelah pria yang merupakan dokter di Amerika Serikat pertama yang meninggal akibat penyakit Covid-19.

“Kami benar-benar berpikir bahwa kebotakan adalah prediktor sempurna dari tingkat keparahan,” Profesor Carlos Wambier dari Brown University mengatakan kepada Telegraph tentang studi yang terlihat menunjukkan hubungan yang kuat.

Pemikiran itu muncul selama penelitian yang mencoba menunjukkan mengapa pria menderita Covid-19 lebih buruk daripada wanita. Beberapa peneliti mengungkapkan faktor risiko virus corona akibat kebotakan itu diberi nama “Gabrin sign”, nama ini diberikan setelah dokter asal Amerika Serikat pertama yang meninggal karena Covid-19, Dr Frank Gabrin yang botak.

Baca juga: Kerja Berjam-jam di Kantor Gandakan Risiko Kebotakan

Para ilmuwan sekarang percaya bahwa androgen (hormon seks pria seperti testosteron) dapat meningkatkan kemampuan virus corona untuk menyerang sel. Androgen yang sama juga dipahami berada di balik kebotakan, membuatnya menjadi sinyal kerentanan terhadap penyakit tersebut. Dalam sebuah penelitian, hampir 80% pasien virus corona di tiga rumah sakit di Madrid, Spanyol berkepala botak.

Tren yang mengkhawatirkan seperti ini dapat memicu hasil positif, sejumlah penelitian melihat apakah perawatan untuk menekan hormon yang digunakan untuk kanker prostat serta kebotakan dapat membantu memperlambat virus.

Spesialis kanker prostat akrab dengan peran androgen terhadap penyakit prostat, hormon merangsang enzim yang meningkatkan pertumbuhan kanker. Pada bulan April lalu, para peneliti menerbitkan sebuah makalah dalam jurnal Cell yang menunjukkan bahwa enzim TMPRSS2 juga terlibat dalam infeksi virus corona.

Baca juga: Wow, Lembur Ternyata Dapat Menyebabkan Kebotakan!

Untuk menginfeksi sel, virus corona yang menyebabkan Covid-19, perlu menggunakan apa yang disebut lonjakan protein yang berikatan dengan membran sel, suatu proses yang diaktifkan oleh enzim. Dalam hal ini, enzim TMPRSS2 berperan untuk hal tersebut.

Para ilmuwan belum tahu apakah enzim merespons dengan cara yang sama dengan androgen di paru-paru seperti halnya di prostat, tetapi bukti lain tampaknya mendukung adanya hubungan potensial.

Sebuah studi dari Veneto, Italia, dari 9.280 pasien menemukan bahwa laki-laki dengan kanker prostat yang menggunakan terapi androgen-deprivation – obat-obatan yang mengurangi kadar testosteron – hanya seperempat lebih mungkin untuk mengidap Covid-19.

Karen Stalbow, Kepala Kebijakan di Prostate Cancer UK, mengatakan, ada beberapa penelitian terbaru yang menunjukkan mungkin ada hubungan antara hormon pria dan peningkatan risiko Covid-19. Hal ini telah menyebabkan beberapa peneliti untuk menyelidiki apakah terapi hormon yang biasa digunakan untuk mengobati kanker prostat, seperti enzalutamide, dapat mengurangi risiko ini.

Namun, meski sebagian besar penelitian sejauh ini telah dilakukan di laboratorium, masih ada bukti yang bertentangan tentang apakah terapi hormon memiliki dampak yang sama di paru-paru seperti pada sel-sel prostat. Masih diperlukan lebih banyak bukti sebelum kita dapat mengetahui apakah terapi hormon ini akan menjadi pengobatan yang efektif untuk Covid-19. *

Editor: Ade Irwansyah

Exit mobile version