Topcareer.id – Starbucks merupakan perusahaan terbaru yang menyatakan akan menghentikan iklan di “semua platform media sosial” di tengah kritikan kepada Facebook yang gagal melindungi pengguna dari ujaran kebencian.
“Kami percaya dalam menyatukan komunitas, baik secara langsung dan online, dan kami menentang kebencian,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan. “Kami percaya lebih banyak yang harus dilakukan untuk menciptakan komunitas online yang ramah dan inklusif, dan kami percaya bahwa para pemimpin bisnis dan pembuat kebijakan perlu bersatu untuk memengaruhi perubahan nyata.”
Dari pernyataan tersebut, Starbucks melakukan diskusi secara internal dengan mitra media serta organisasi hak sipil, tentang bagaimana mengakhiri penyebaran ujaran kebencian.
Baca juga: Starbucks Perkirakan Merugi Rp45,3 Triliun karena Pandemi
Coca Cola pada hari Jumat (26/6) juga mengatakan akan menghentikan sementara iklan di semua platform media sosial secara global, sementara Unilever menghentikan iklan di Facebook, Instagram dan Twitter di Amerika Serikat hingga 31 Desember 2020.
Seorang juru bicara Starbucks mengatakan penangguhan iklan di media sosial tidak akan mencakup YouTube milik Google. Starbucks juga mengatakan meskipun sedang menghentikan iklan, mereka tidak akan bergabung dengan kampanye boikot #StopHateForProfit, yang dimulai awal bulan ini.
Organisasi hak sipil seperti NAACP, Color of Change, dan Anti-Defamation League meminta perusahaan besar mencabut iklan mereka di Facebook. Ajakan ini menyusul pembunuhan George Floyd di Minneapolis, AS, pada 25 Mei lalu dan memicu protes atas kebrutalan polisi tersebut.
Kampanye #StopHateforProfit dimulai 17 Juni usai Facebook menolak mengambil tindakan terhadap unggahan Presiden AS Donald Trump yang mengancam para demonstran dengan kekerasan.
Kini lebih dari 100 perusahaan termasuk Levi’s, Patagonia, REI, Lending Club dan The North Face telah mengumumkan niat mereka untuk turut mencabut iklan.
Kelompok organisasi termasuk Anti-Defamation League, NAACP, Sleeping Giants, Color of Change, Free Press dan Common Sense, telah meminta Facebook untuk menunjukkan bahwa mereka tidak akan mendukung perusahaan yang menempatkan keuntungan di atas isu keamanan.
Organisasi-organisasi ini mengatakan mereka meminta Facebook untuk secara lebih ketat membasmi ujaran kebencian. Tahun lalu, Facebook menghasilkan USD 69,7 miliar pendapatan iklan secara global melalui jutaan pengiklannya, dan kini Facebook harus merugi lebih dari Rp 1 triliyun.
Hingga sekarang starbucks belum mengumumkan akan sampai kapan rencana mereka akan mengehntikan sementara iklan di media sosial. *
Editor: Ade Irwansyah