Topcareer.id – Sangat mudah bagi orang-orang untuk jatuh ke dalam rasa aman yang salah semenjak lockdown dibuka kembali, dan banyak negara yang sudah membayar mahal untuk itu.
Beberapa negara kembali menghentikan bisnis lagi, tempat wisata kembali ditutup. Dan tingkat infeksi Covid-19 baru terus tumbuh, mengancam untuk membalikkan kemajuan yang telah dibuat selama lockdown.
Ketika negara membuka kembali seluruh aspek bisnis dan industri untuk mencoba menyelamatkan ekonomi, nasib pandemi ini harusnya jadi bergeser dari mandat pemerintah ke tanggung jawab pribadi.
Tetapi banyak orang yang salah kaprah dan tidak mengindahkan tanggung jawab itu dengan seenaknya dan membiarkan pertahanan diri mereka terbuka lebar karena kesalahpahaman dalam menanggapi pelonggaran yang dilakukan pemerintah.
Baca juga: Diserang Corona Lagi, Kota Terbesar Kedua di Australia Kembali Lockdown 6 Minggu
Jika ekonomi kembali dibuka, berarti pandemi semakin membaik, dong?
Tidak. Ini sangat salah jika kamu berpikiran demikian. “Ini bahkan belum hampir selesai,” kata kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Jika kamu berpikiran ingin menjalani herd immunity, masih harus menempuh jalan yang panjang sebelum berhasil mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok.
Herd immnuity biasanya terjadi ketika 80% hingga 90% populasi telah menjadi kebal terhadap penyakit menular baik karena orang telah terinfeksi dan pulih atau karena mereka telah divaksinasi. Namun untuk saat ini satu-satunya cara untuk mengendalikan pandemi yang mematikan ini adalah melalui perilaku pribadi dengan disiplin menjaga jarak dari orang lain dalam lingkungan sosial dan tak pernah lupa mengenakan masker.
Saya masih muda dan sehat, jadi saya tidak perlu mengkhawatirkan apapun
Infeksi Covid-19 yang baru telah meroket di ranah Gen Z dan kelompok usia milenial. Dan sementara tingkat kematian lebih rendah di antara orang dewasa muda, namun masih banyak yang berjuang dengan efek jangka panjang dari penyakit ini.
Seorang dokter dari New Jersey dr. Jen Caudle mengatakan dia melihat pasien muda menderita komplikasi serius atau jangka panjang dari Covid-19 termasuk stroke, sesak napas, kelelahan, atau ketidakmampuan untuk mencium dan merasa cukup lama setelah pulih dari virus.
Kami mau kok diperiksa suhunya saat datang kemanapun, jadi aman.
Pemeriksaan suhu tidak akan menangkap pembawa virus corona yang asimptomatik atau pra-gejala. Diperkirakan 40% dari transmisi virus corona terjadi tanpa gejala, menurut CDC. Bahkan mereka yang memiliki gejala pun mungkin tidak mengalami demam.
Faktanya, banyak orang mungkin menderita komplikasi parah dari Covid-19 tidak mengalami demam sama sekali.
Baca juga: Corona Melonjak, Australia Tutup Perbatasan Negara Pertama Kalinya dalam 100 Tahun
Tidak perlu pakai masker lagi, kan sudah dilonggarkan lockdown-nya
Ambil contoh di Texas, Amerika Serikat. “Ketika kegiatan ekonomi semakin terbuka, penggunaan masker seharusnya menjadi lebih penting,” kata Jeremy Howard, seorang ilmuwan peneliti di University of San Francisco. Howard telah menghabiskan banyak dari empat bulan terakhir di Texas, di mana ia memperhatikan penggunaan masker wajah menurun drastis ketika aktivitas ekonomi negara mulai dibuka kembali.
Sekarang, Texas bergulat dengan kebangkitan berbahaya Covid-19, memaksa Gubernur Greg Abbott untuk menutup kembali beberapa bisnis sekali lagi.
Tingkat kematian menurun, jadi semuanya sudah menjadi lebih baik, kan?
Para ahli kesehatan mengatakan lonjakan saat ini dalam kasus-kasus baru bertepatan dengan apa yang terjadi beberapa minggu lalu ketika banyak negara di dunia mulai membuka kembali aktivitas perekonomiannya setelah angka kematian menurun namun banyak orang meninggalkan langkah-langkah keamanan seperti memakai masker atau menjaga jarak sosial.
Walaupun sementara kasus baru melambung, jumlah harian kematian Covid-19 umumnya menurun. Tapi jangan tertipu oleh itu, kata para dokter. Kematian akibat Covid-19 sering tertinggal beberapa minggu di belakang infeksi baru. Diperlukan waktu hingga dua minggu untuk gejala muncul. Setelah itu, orang mungkin tidak segera dites. Kemudian, perlu waktu lebih lama untuk kasus yang parah untuk memerlukan rawat inap.
“Dibutuhkan sekitar satu minggu setelah seseorang terinfeksi sampai mereka cukup sakit untuk dirawat di rumah sakit, dan kemudian sekitar seminggu lagi setelah itu sampai kamu mulai melihat kematian,” kata dr. Jonathan Reiner, seorang profesor di Fakultas Kedokteran Universitas George Washington.
Saya sudah dites negatif, jadi pastinya saya baik-baik saja dan tak perlu jalanin aturan lagi
Itu bukan alasan untuk berhenti mengambil tindakan pencegahan. “Kadang-kadang ada hasil negatif palsu, yang berarti kamu sebenarya memiliki penyakit itu tetapi hasil tes cepatnya kebetulan tidak mendeteksi itu,” menurut Penn Medicine.
Karena tetap ada kemungkinkan untuk mendapatkan hasil negatif bahkan ketika kamu memiliki virus corona, sangat penting untuk tetap berhati-hati bahkan ketika kamu sudah menerima hasil negatif.
Biarlah alam mengambil jalannya dengan mendapatkan kekebalan kawanan (herd immunity)
Itu bukan ide yang baik karena semua unit perawatan intensif sudah berada pada ambang batas kapasitas maksimum. Bahkan jika kamu terkena virus corona tetapi tidak sakit, virus ini sangat menular dan kamu bisa menginfeksi orang lain yang mungkin menyebabkan orang lain yang kamu tularkan membutuhkan rawat inap.
Ada masalah lain dengan menunggu kekebalan kawanan (herd immunity) terjadi. Virus ini sangat baru sama sekali, tidak ada yang tahu apakah antibodi yang dikembangkan setelah pulih dari virus akan memberikan kekebalan jangka panjang. Tetapi direktur CDC mengatakan setiap orang dapat membantu menghentikan pandemi mematikan ini, yaitu dengan mengambil tanggung jawab pribadi. *
Editor: Ade Irwansyah