Topcareer.id – Resesi Afrika Selatan memburuk karena Produk domestik bruto (PDB) turun drastis hingga 51% pada kuartal kedua tahun ini. Hal itu mencerminkan kerusakan besar yang terjadi pada ekonomi, akibat lockdown Covid-19. Ini merupakan kontraksi ekonomi paling tajam sejak 1960.
Menurut data yang dirilis oleh Statistik Afrika Selatan pada Selasa (8/9/2020), pertumbuhan PDB untuk 1Q20 tercatat di -2%, mengikuti penurunan 0,6% di 3Q19, dan 1,4% di 4Q19. Itu adalah penurunan PDB kuartalan keempat berturut-turut sejak kuartal kedua 2019, menurut badan statistik itu.
“Mungkin kuartal kedua tahun 2020 akan dikenal sebagai kuartal pandemi,” kata layanan statistik nasional itu, mengutip Business Insider.
Kontraksi pertumbuhan ekonomi, yang lebih buruk dari perkiraan bank sentral 40,1%, sangat kontras dengan perlambatan tahunan 6,1% yang tercatat pada kuartal pertama setelah krisis keuangan global 2009.
Menurut Trading Economics, Afrika Selatan bernasib lebih buruk daripada negara maju atau ekonomi berkembang mana pun pada kuartal kedua tahun ini.
Lockdown nasional yang ketat dimulai pada 27 Maret, mendorong negara itu ke dalam penurunan ekonomi ketika hampir semua industri mengalami penurunan besar-besaran dalam output. Sektor konstruksi yang sudah dalam kondisi buruk sebelum pandemi, semakin masuk dalam keterpurukan.