TopCareerID

7 Mitos Seputar Vaksin yang Harus Kamu Tahu (Bagian 1)

Vaksin Covid-19. Sumber foto: cnbctv18.com

Topcareer.id – Saat ini, keberadaan vaksin Covid-19 yang dapat menangkal virus corona tengah dinanti-nantikan jutaan rakyat Indonesia.

Mereka pun berharap dapat langsung melakukan imunisasi ketika vaksin itu tiba. Namun, tidak sedikit juga orang yang justru enggan menjalani imunisasi akibat kabar miring yang beredar tentang vaksin itu sendiri.

Dikutip dari laman Covid19.go.id pada Selasa (13/10/2020), dokter spesialis anak, Windhi Kresnawati pun mengungkapkan fakta seputar mitos vaksin yang beredar luas di masyarakat.

Bagian pertama dari artikel.

Penyakit infeksi bisa dihindari dengan gaya hidup sehat saja

Meskipun menjalani pola hidup sehat adalah kebiasaan yang baik. Namun cara ini belum cukup ampuh untuk mencegah infeksi penyakit tertentu.

Contohnya saat ditemukan vaksin campak di AS pada 1963, penyakit ini berangsur-angsur hilang. Setelah itu, kondisi ini mulai berubah saat muncul kelompok yang meragukan vaksin MMR (campak, beguk, rubella). Lalu diikuti dengan semakin banyak orang ragu terhadap peran vaksin campak.

Akibatnya, tahun 2018 Amerika Serikat kembali mengalami wabah campak. Hal ini disebabkan karena banyaknya pendatang dari negara lain yang tidak vaksin dan refuse vaksinasi tinggi.

Baca juga: Menko: 30 Juta Vaksin Covid-19 Sudah Meluncur Ke Indonesia

“Dan jangan lupa, kalau kamu tidak diimunisasi dan kamu tidak sakit, berterimakasihlah kepada orang yang diimunisasi. Karena itulah herd immunity. Ketika kita berada di tengah orang-orang yang sehat, kita tidak terjangkit penyakit,” ujar Windhi.

Anak yang diimunisasi tetap saja sakit

Windhi menjelaskan bahwa bila pun mengalami sakit, tingkat keparahan yang dialami pasien imunisasi sangat ringan. Anak-anak yang diimunisasi, bila sakit, akan terhindar dari kecacatan dan kematian.

Vaksin ada kandungan zat berbahaya.

Mengenai anggapan vaksin memiliki kandungan zat yang dapat berbahaya untuk tubuh, Windhi menegaskan bahwa hal ini adalah pernyataan yang keliru.

Vaksin bisa diproduksi massal jika telah memenuhi syarat utama seperti aman, efektif, stabil, dan efisien dari segi biaya. Sehingga membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk membuatnya.

“Setelah dinyatakan aman, dipakai oleh masyarakat luas di bawah monitoring. Kalau negara kita di bawah BPOM. Karena satu saja ada temuan efek samping yang tidak diinginkan, itu bisa ditarik dan biasanya itu ketahuan di fase awal,” ujar Windhi.**(Feb)

Exit mobile version