TopCareerID

Mengapa Manusia Tidak Bisa Berjalan Lurus Ketika Mata Ditutup, Ini Penjelasannya

Topcareer.id – Coba tutupi mata seseorang dengan kain hitam sampai tidak bisa melihat, lalu bawa ke taman atau pantai atau padang rumput yang luas, beri pembatas dua tiang dengan jarak yang agak jauh, lalu minta dia untuk berjalan dalam garis lurus dengan goalnya untuk melalui bagian tengah antara ke dua tiang itu.

Perhatikan apa yang terjadi. Dipastikan seseorang tersebut akan gagal melalui tantangan tersebut.

Jadi, saat mata orang ditutup, maka ia tidak akan bisa berjalan lurus. Mengapa? Jan Souman, seorang ilmuwan peneliti di Jerman, ikut menulis sebuah makalah tentang kecenderungan manusia untuk berjalan berputar-putar.

Baca Juga: Di Umur Ini Fungsi Otak Manusia Mulai Memuncak dan Menurun

Pada penelitiannya di gurun sahara dan di pantai, subjek dengan mata tertutup tidak pernah bisa menjaga berjalan di garis lurus. Souman juga menjalankan percobaan di hutan Bienwald di Jerman, namun tanpa penutup mata. Saat subjek berjalan, Jan memetakan ke mana mereka pergi.

Hasilnya sama. Subjek tanpa penutup mata sama-sama tidak bisa berjalan pada garis lurus seperti subjek yang diberi penutup mata.

Penelitian mengungkap, manusia tampaknya akan selalu tergelincir ke dalam lingkaran ketika mereka tidak dapat melihat titik fokus eksternal saat berjalan.

Mengapa orang tidak bisa berjalan lurus?

Sekelompok peneliti lain dari Max Planck Institute for Biological Cybergenetics di Jerman juga melakukan serangkaian eksperimen dengan subjek uji dengan mata tertutup.

Secara sistematis penelitian mengesampingkan beberapa penjelasan yang masuk akal untuk ini. Misalnya, asimetri tubuh telah dikemukakan sebagai satu teori, tetapi tim tidak menemukan korelasi antara faktor-faktor seperti panjang kaki yang tidak rata dan dominasi sisi kanan atau kiri dan arah belokan pejalan kaki.

Para peneliti juga mengesampingkan kesalahan fisik acak, seperti kesalahan pengukuran tentang bagaimana cara menggerakkan kaki untuk berjalan lurus dengan alasan bahwa ini akan menyebabkan pejalan kaki berliku-liku bolak-balik dengan cara zigzag daripada menelusuri lingkaran.

Para peneliti percaya bahwa jalan memutar mengikuti dari perasaan pejalan kaki yang berubah “lurus ke depan.” Dengan setiap langkah, penyimpangan kecil kemungkinan ditambahkan ke pemahaman kognitif seseorang tentang apa yang lurus, dan penyimpangan ini terakumulasi untuk mengirim orang itu berbelok ke lingkaran yang semakin ketat seiring berjalannya waktu.

Kelengkungan yang meningkat ini tidak terjadi saat titik referensi eksternal terlihat atau saat mata terbuka, bisa juga saat seseorang telah menguasai suatu medan karena hal ini memungkinkan pejalan kaki untuk sering mengkalibrasi ulang arahnya.

Sebagaimana dirinci dalam jurnal Experimental Brain Research, tim Max Planck berpikir bahwa sistem vestibular (menjaga keseimbangan) dan propioceptive (kesadaran tubuh) otak bergabung untuk memungkinkan pembaruan spasial reguler dan itu mungkin sistem vestibular di telinga bagian dalam yang tidak berfungsi karena tidak adanya petunjuk visual.

Sistem telinga bagian dalam tersebut telah diketahui menunjukkan bias. Beberapa orang memiliki kelainan vestibular yang sangat parah sehingga mereka merasa tidak mungkin berjalan dalam garis lurus bahkan dalam keadaan normal. Bagi kebanyakan orang normal, bias halus ke arah kiri atau ke kanan hanya akan muncul jika mencoba menemukan jalan saat melalui hutan lebat**(RW)

Exit mobile version