TopCareerID

Penyintas Covid: Puji Tuhan Saya Terkena Covid-19 (Bagian 3)

Ilustrasi: Liputan6.com

Ilustrasi: Liputan6.com

Topcareer.id – “Puji Tuhan saya terkena Covid-19″ungkap FX Budijuwono dalam sharingnya kepada Topcareer.id, Jumat (13/11/2020).

Kalimat ini tentu saja terdengar aneh bagi kita. Di saat semua orang takut terjangkit virus yang telah menginvasi bumi dan menginfeksi lebih dari 53,6 juta penduduk warga dunia, dengan 1,3 juta di antaranya meninggal dunia, Budi justru merasa bersyukur.

“Patut disyukuri bahwa hidup sehat itu mahal, maka dengan terkena covid kita akan bisa berefleksi bahwa hidup sehat itu anugerah yang patut kita syukuri”sebut Budi kepada Topcareer. Ya, FX Budijuwono adalah salah satu pasien positif Covid-19 yang kini telah dinyatakan sembuh setelah hampir dua minggu dirawat di rumah sakit.

Budi, demikian pria berkaca mata ini akrab disapa, membagikan pengalaman tentang bagaimana virus tak kasatmata bernama Corona ini menyerang paru-parunya dan membuatnya tak berdaya.

Berikut kisahnya yang ditulis sendiri oleh FX Budijuwono: Artikel Bagian ketiga

PSBB kedua
Menunggu hasil swab kedua rasanya seperti menanti pengumuman kelulusan hidup. Bahkan untuk melakukan swab kedua harus direntang 3 hari dari swab pertama. Lama, dan saya mulai bosan. Perawatan saya memang beda dengan pasien yang pernah saya lihat di laman-laman medsos. Jangankan berjemur matahari atau olahraga, saya bahkan tak bisa turun dari ranjang.

Hingga di suatu hari, jadwal swab kedua tiba-tiba dipercepat menjadi 2 hari. Kejutan tak sampai disitu, esoknya saya diminta agar pulang saja. Diisolasi di rumah sambil menunggu hasil swab yang lama tak kunjung dating terasa was-was, tetapi nafasku memang sudah lega, dapat mencium bau dan mencecap rasa.

Akhirnya saya diberitahu hasil swab kedua dan hasilnya negatif. Akhirnya saya harus berkemas-kemas. Segera saya kemasi barang-barang saya. Secepat keinginan saya ingin segera pulang rumah, dan suster perawat berpesan agar setelah keluar dari ruangan ini, tidak kembali lagi ke dalam kamar, sebab ruang kamar tersebut banyak sekali virus, semua barang saya akan diseterilkan dulu. Makan siang diberikan di ruang tamu, dan saya diperlakukan seperti tamu luar biasa dengan suguhan makanan enak, minum jus segar dan ruang tamu yang bagus serta bersih. Perawat dan beberapa suster lainnya, telah membawa tas-tas serta ransel saya yang sudah diseteril. Saya berkemas-kemas setelah menyelesaikan administrasi, segera kupesan gocar untuk pulang ke rumah yang sudah lama kutinggalkan.

Saat menunggu taxi online beberapa teman mengirim link berita membludaknya pasien covid di Jakarta. Ada juga video ramainya antrian pasien masuk wisma atlet. Bahkan menggunakan bus sekolah. Ah, saya terjebak dalam waktu yang salah dengan penyakit yang salah.

Protokol Pulang
Setelah Swab saya kedua dinyatakan negatif. Saya akhirnya diizinkan pulang, isoman 2 minggu di rumah dan harus control setelah 2 minggu isoman. Dua minggu lagi control dengan foto rontgen thoraks. Akhirnya saya sampai di rumah dan dapat mandi dengan air segar tanpa mandi dengan air hangat, saya sangat bersyukur dapat pulang ke rumah dan mandi di rumah sendiri yang jauh lebih enak dan nyaman!

Makna
Kini saya diisolasi di rumah. Harus menunggu 14 hari baru bisa kontak dengan publik. Saya temui hari baru. Kata orang bekas pasien covid takkan bisa sesehat dulu lagi. Bukan itu masalahnya, tapi ini : Mohon jaga Kesehatan Anda semua, jangan pernah mencoba seperti apa yang saya alami. Jika pun mengalaminya, jangan sampai Anda kehilangan semangat hidup. Jangan sampai tak kebagian tempat tidur di rumah sakit.

“Menjauhlah dari asumsi ini konspirasi. Kalau Anda sakit, tak ada konspirasi, tak ada politik, tak ada debat. Jika pulang tinggal nama? Ini wabah. Di dunia wabah covid bukan yang pertama. Flu adalah wabah yang vaksinnya belum ditemukan sampai sekarang. Seandainya sudah ada yang mengatakan ditemukan dan ternyata masih dalam taraf uji coba. Obat yang mujarab entah itu vaksin atau obat lainnya masih dalam penelitian dan pengujian terus menerus. Sebab covid 19- telah bermutasi dalam beragam bentuk.”tegas Budi.

“Percayalah, membuat berita covid lebih mudah daripada menjalaninya. Percayalah, tenakes itu berjuang dengan lelah dan payah. Maka sekarang, saya telah di rumah. Berbagi kisah untuk semua. Yang sehat tetaplah sehat. Menjaga dirimu, sama dengan menjaga diri keluarga.”

Yang kupelajari sebagai evaluasi dan refleksi diri

1. Kesibukan kerja dapat melupakan segalanya, yang dicari uang, realisasi jati diri dan mungkin keangkuhan ada di dalamnya. Akan tetapi semuanya sia-sia bilamana berakhir dalam kehampaan, kesepian, kesendirian, serta kesehatan yang dikurbankan.

2. Pekerjaan yang sedemikian berat, bukan semata-mata membebani hidup sehari-hari saja, melainkan melalaikan hal-hal yang justru lebih penting, yaitu: kehidupan doa, kepasrahan total kepadaNya

3. Ada rasa penyesalan dalam diriku, bahwa terlalu memaksakan diri dalam pekerjaan yang sedemikian berat. Pagi-pagi berangkat, sore baru meninggalkan sekolah, sampai di rumah sudah malam, belum makan malam dll (Senin – Sabtu). Akhirnya ambruk juga …

Kini saya sudah sembuh. Puji Tuhan dan Syukur padaMu ya Tuhan Allahku. Engkaulah Andalanku.**TAMAT**

Exit mobile version