Topcareer.id – Setiap pemimpin punya gaya memimpin yang berbeda-beda. Beberapa langsung terikat dengan karyawan mereka dan menciptakan budaya perusahaan yang berkembang. Sementara yang lain meluangkan waktu untuk mengembangkan keterampilan untuk memimpin.
Meskipun tidak ada cara yang benar atau salah dalam kepemimpinan, namun beberapa gaya kepemimpinan terburuk sebaiknya dihindari. Mengetahui gaya kepemimpinan yang buruk bisa membantumu memahami apa yang harus dilakukan. Berikut gaya kepemimpinan yang harus dihindari, menurut laman The Ladders.
1. Lepas tangan
Memiliki gaya kepemimpinan yang benar-benar lepas tangan biasanya tidak berhasil. Hanya memberi perintah dan kemudian mundur, tidak berarti bisa mendorong karyawanmu bekerja keras.
“Kamu ingin tim melihatmu sebagai panutan yang aman dan berpengalaman, sehingga gaya ‘drop-in support’ tidak akan berhasil. Meskipun semuanya berjalan sesuai rencana, ingatlah untuk tetap terintegrasi dengan kehidupan kerja sehari-hari karyawanmu. Menjadi kehadiran yang suportif dapat meningkatkan kepercayaan diri tim,” kata Akhila Satish, CEO Meseekna.
2. Absen
Sedikit berbeda dari gaya kepemimpinan lepas tangan, pemimpin yang sebagian besar tidak hadir sama sekali tidak berinteraksi dengan karyawannya dengan cara yang berarti. Mereka yang terlibat dalam gaya kepemimpinan semacam ini sering kali sepenuhnya terlepas dari apa yang sebenarnya terjadi di dalam perusahaan mereka sendiri.
Mundur dan mengizinkan karyawan untuk melaksanakan tugas adalah satu hal, tetapi hampir tidak memiliki kehadiran sama sekali dengan mereka dan tidak tersedia untuk berkomunikasi dalam rapat, satu lawan satu, atau sebaliknya sama sekali berbeda.
Baca juga: Tips Leadership ala Spider-Man
3. Self-serving
Cara lain untuk menggambarkan jenis gaya kepemimpinan yang mementingkan diri sendiri adalah gaya di mana menempatkan uang di atas segalanya. Pendekatan kepemimpinan ini artinya orang-orang yang terlibat dalam menjalankan bisnis adalah yang terakhir.
Melalui pekerjaannya dengan manajemen eksekutif dalam pengembangan kepemimpinan, pengusaha Jamie Joslin King telah mengasah secara tepat apa yang diperlukan untuk memimpin dengan mengutamakan orang. “Hindari memutuskan sesuatu dengan tangan besi dan jangan ikuti model yang mengutamakan keuntungan,” katanya.
“Pemimpin yang sukses mengutamakan orang karena orang membangun perusahaan. Peliharalah karyawan yang bekerja untukmu dan ikuti hubungan, bukan data.”
4. Tidak fleksibel
Gaya kepemimpinan yang tidak fleksibel cocok untuk seorang pemimpin yang tidak mau mengubah teknik atau pendekatan mereka. Mereka sering kali enggan menerima umpan balik karena tidak ingin membuat penyesuaian apapun pada pola pikir atau perilaku mereka, yang dapat merusak budaya perusahaan dan menghambat kesuksesan.
“Kepemimpinan bukanlah formula yang ditetapkan. Ini dinamis dan selalu berubah berdasarkan ukuran perusahaan, keadaan stabilitas ekonomi, budaya dan kekuatan tim,” kata Kristy Wallace, CEO Ellevate Network, sebuah komunitas untuk wanita profesional yang mendorong kesetaraan di tempat kerja.**(Feb)