Topcareer.id – Pemerintah akan terus mendorong hadirnya stimulus yang menjadi kebutuhan bagi pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dalam upaya mengembalikan kepercayaan dan pengalaman wisatawan untuk berkunjung kembali ke Indonesia meski masih dihantam pandemi.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo mengatakan yang dibutuhkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif hari ini adalah demand atau kehadiran kembali konsumen.
“Sehingga yang menjadi tantangan di tengah pandemi adalah bagaimana konsumen bisa percaya bahwa destinasi usaha dan pekerja pariwisata bisa menyediakan produk dan service yang aman, sesuai kebutuhan wisatawan di era adaptasi kebiasaan baru yang lebih memperhatikan faktor kebersihan, kesehatan, keamanan, dan keberlangsungan lingkungan,” kata Angela dalam siaran pers, Jumat (27/11/2020).
Dalam rangka mendapatkan kepercayaan konsumen kembali tersebut, penerapan protokol kesehatan yang baik menjadi kunci utama. Karenanya pemerintah, dalam hal ini Kemenparekraf/Baparekraf bersama kementerian/lembaga, memastikan stimulus yang dibutuhkan industri untuk bangkit dari pandemi akan terus diwujudkan.
Ia mengatakan, berbagai stimulus telah diluncurkan oleh pemerintah terutama untuk sektor parekraf, utamanya dalam membantu likuiditas dan jaring pelindung sosial untuk pekerja.
Baca juga: Pemerintah Kucurkan Dana Hibah Hingga Rp 3,3 Triliun untuk Sektor Pariwisata
“Yang terbaru kita ketahui sudah diluncurkan hibah pariwisata sebesar Rp3,3 triliun dan kami akan terus mendorong kemungkinan untuk stimulus-stimulus serupa agar bisa diwujudkan bagi usaha-usaha parekraf lainnya pada 2021,” ujar Angela.
Untuk memastikan implementasi protokol Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah lingkungan) atau CHSE dilaksanakan pelaku usaha, Kemenparekraf juga telah meluncurkan sertifikasi CHSE gratis secara nasional yang akan terus dilanjutkan di tahun 2021.
Kemenparekraf akan terus berkolaborasi dengan pemerintah daerah serta industri agar penerapan sertifikasi ini dapat dilaksanakan dengan efisien dan efektif.
Dengan populasi yang besar, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dalam memaksimalkan wisatawan domestik. Di tahun 2019, tercatat terdapat 282,90 juta perjalanan dengan pengeluaran mencapai Rp307,35 triliun.
Belum dengan jumlah wisatawan Indonesia yang ke luar negeri (outbound) yang di tahun 2018 tercatat sebanyak 9,5 juta orang dengan pengeluaran 1.090 dolar AS per keberangkatan per pax. “Ini merupakan potensi market yang bisa kita maksimalkan,” kata Angela.
Lebih lanjut, untuk sektor ekonomi kreatif, tantangan ke depan adalah upaya meningkatkan demand dan daya beli masyarakat terhadap produk dan jasa ekonomi kreatif lokal dan penguatan konsistensi dari pemasok lokal.
“Ekosistem pendukung industri kreatif perlu diperkuat dari hulu hingga hilir secara merata, sehingga produk dan jasa ekonomi kreatif lokal mampu menjadi substitusi atau pengganti produk dan jasa impor. Ini tugas yang berat tapi harus dilaksanakan, ekonomi kreatif juga berperan dalam pelestarian kearifan lokal yang juga kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.**(Feb)