Topcareer.id – Apakah kamu pernah mendapati dirimu pergi makan saat merasa sedih atau kesal? Menemukan kenyamanan dalam makanan adalah hal biasa, dan itu adalah bagian dari praktik yang disebut emotional eating.
Mengutip Healthline, orang yang makan secara emosional meraih makanan beberapa kali seminggu atau lebih untuk menekan dan menenangkan perasaan negatif.
Mereka kemudian mungkin merasa bersalah atau malu setelah makan dengan cara ini, yang mengarah ke siklus makan berlebih dan masalah terkait, seperti penambahan berat badan.
Emotional eating vs lapar beneran
Kamu mungkin bertanya-tanya bagaimana membedakan antara isyarat emosional dan isyarat lapar yang sebenarnya. Menurut Mayo Clinic, ada beberapa perbedaan yang mungkin dapat membantumu mengetahui apa yang kamu alami.
Lapar sungguhan:
- Berkembang perlahan seiring waktu.
- Kamu menginginkan berbagai kelompok makanan.
- Kamu merasakan sensasi kenyang dan menganggapnya sebagai isyarat untuk berhenti makan.
- Kamu tidak memiliki perasaan negatif tentang makan.
Emotional eating:
- Itu terjadi secara tiba-tiba, mendadak.
- Kamu hanya menginginkan/mengidam makanan tertentu.
- Kamu mungkin makan berlebihan dan tidak merasakan sensasi kenyang.
- Kamu merasa bersalah atau malu setelah makan.
Nah, sudah paham bedanya kan sekarang?**(Feb)