Topcareer.id – Pertumbuhan kewirausahaan Indonesia alami stagnansi di angka 3,47 persen. Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM memiliki tugas khusus untuk mencapai rasio kewirausahaan yang lebih tinggi lewat pemberdayan koperasi dan UMKM.
Pertumbuhan kewirausahaan Indonesia yang mengalami stagnansi di angka 3,47 persen, di mana sebanyak 98 persen kewirausahaan masih didominasi usaha mikro yang pendapatannya di bawah UMR.
Angka tersebut tergolong rendah jika dibandingkan dengan Singapura, yang jumlah wirausahanya mencapai 8,5 persen, maupun Malaysia dan Thailand masing-masing di angka 4,5 persen.
“Strategi besarnya bukan nambah ultra mikro makin banyak, tapi harus didorong usaha mikro ini naik, yang kecil dan menengah makin besar. Sektor formal diperbesar sehingga penyerapannya ke mikro akan lebih besar lagi,” kata MenkopUKM, Teten Masduki, mengutip siaran pers, Senin (30/3/2021).
Target besarnya, lanjut Teten, di 2045 Indonesia menjadi negara terbesar keempat. Untuk mewujudkan itu, jumlah wirausaha harus didorong.
“Syaratnya itu minimal jumlah wirausaha kita 4 persen dari jumlah penduduk. Selain itu, kami juga diminta menaikkan porsi kredit perbankan saat ini di kisaran 19 persen menjadi jauh lebih besar lagi,” imbuhnya.
Menurut Global Enterpreneurship Monitor tahun 2019, rendahnya kewirausahaan di Indonesia disebabkan oleh literasi atau pengenalan kewirausahaan masyarakat Indonesia sejak dini yang masih sangat rendah.
Baca juga: Para Pekerja, Jangan Percaya Layanan Bantuan Pencairan Dana JHT Jamsostek
Secara terpisah, Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit menjelaskan, modul-modul kewirausahaan baru ada di tingkat mahasiswa atau SMK. Oleh karena itu, KemenkopUKM juga sedang melakukan diskusi dengan Kemendikbud agar materi kewirausahaan juga dapat ditanamkan sejak dini.
Victoria juga menyebutkan perlunya inkubasi untuk anak-anak muda, di mana inkubasi tidak hanya pada teknis, tetapi juga bisnisnya. Karena, salah satu kendala yang kerap di alami di Indonesia adalah kurangnya kemampuan mereka dalam melakukan manajemen bahan baku, teknologi, dan sebagainya.
“Selain itu, juga dibutuhkan akses permodalan. Di mana pemerintah saat ini sedang menyiapkan permodalan-permodalan yang sesuai, yakni melalui Kerjasama dengan angel investor, crowd funding, dan lain sebagainya,” katanya.
Victoria mengatakan bahwa pihaknya saat ini sangat terbuka untuk melakukan kerja sama baik dengan ITB, IBIMA, maupun dengan industri-industri yang sudah masuk dalam holding IBIMA.
Ia juga mengatakan diperlukannya diskusi lebih detail terkait dengan dibuatnya bisnis model untuk mampu menumbuhkan wirausaha baru di setiap tahunnya, sekaligus mematangkan wirausaha pemula menjadi wirausaha mapan. Sehingga wirausaha yang dihasilkan tidak hanya terbatas pada kuantitas, tetapi juga kualitas.