TopCareerID

5 Efek Berbahaya Junk Food untuk Tubuh Kamu

Junk Food

Topcareer.id – Junk food atau makanan cepat saji memang enak dan praktis, namun sayangnya ada sisi gelap dari makanan ini.

Beberapa studi penelitian telah menunjukkan bahwa makanan cepat saji dan makanan olahan telah meningkatkan obesitas pada masa kanak-kanak.

Selain itu, makanan ini juga memicu penyakit jantung dan diabetes serta penyakit kronis lainnya pada orang dewasa.

Para peneliti dan ilmuwan menunjukkan makanan cepat saji atau junk food sebenarnya dapat menyebabkan kerusakan serius pada otak.

Konsumsi junk food secara teratur bahkan selama beberapa hari berturut-turut dapat menyebabkan kehancuran mental.

Berikut ini 5 efek buruk dari junk food jika kamu konsumsi secara rutin atau terlalu sering.

1) Menyebabkan masalah memori dan belajar
Penelitian menunjukkan bahwa orang sehat yang makan junk food 5 hari berturut-turut menunjukkan hasil yang buruk pada tes kognitif.

Tes kognitifnya mengukur perhatian, kecepatan, dan suasana hati. Hasilnya terbit dalam American Journal of Clinical Nutrition.

Pola makan yang buruk atau beracun dapat menyebabkan reaksi kimia tertentu yang menyebabkan peradangan di area hipokampus otak.

Bagian ini berhubungan dengan memori dan pengenalan khusus. Selain itu, otak mengandung sinapsis yang bertanggung jawab untuk pembelajaran dan memori.

Makan terlalu banyak kalori dapat mengganggu produksi dan fungsi sinapsis yang sehat.

2) Meningkatkan risiko demensia
Ini telah menjadi salah satu penemuan paling menakutkan yang terkait dengan konsumsi junk food.

Insulin diproduksi di pankreas dan membantu pengangkutan glukosa untuk bahan bakar tubuh.

Otak pun memproduksi insulin yang membantu membawa sinyal antar sel saraf dan membentuk ingatan.

Sebuah studi oleh Brown University menunjukkan bahwa terlalu banyak makanan berlemak dan manis secara substansial dapat meningkatkan kadar insulin tubuh.

Insulin yang lebih tinggi membuat otak berhenti merespons hormon dan menjadi tahan terhadapnya.

Hal ini dapat membatasi kemampuan untuk berpikir, mengingat, atau membuat ingatan, sehingga meningkatkan risiko demensia.

Baca juga: Pria Ini Koleksi Puluhan Ribu Mainan dari Restoran Cepat Saji

3) Mengurangi kemampuan untuk mengontrol nafsu makan
Kelebihan konsumsi lemak trans yang ada dalam gorengan junk food dan makanan olahan dapat mengirimkan sinyal campuran ke otak.

Hal ini membuatnya sulit untuk memproses apa yang telah kamu makan dan seberapa lapar.

Ini mungkin mengapa kamu akhirnya makan berlebihan saat mengonsumsi junk food.

Studi menunjukkan bahwa lemak trans dari makanan cepat saji dapat menyebabkan peradangan di hipotalamus, bagian otak yang mengandung neuron untuk mengontrol berat badan.

4) Menyebabkan perubahan kimiawi yang dapat menyebabkan depresi
Banyak penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak sebenarnya mengubah aktivitas kimiawi otak sehingga bergantung pada makanan tersebut.

Studi oleh University of Montreal pada tikus menunjukkan bahwa mereka menderita gejala candu setelah diet junk food reguler mereka dihentikan.

Pada manusia, gejala putus zat ini dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk mengatasi stres, dan pada akhirnya akan kembali ke makanan cepat saji untuk menghibur diri.

Ketidakseimbangan asam lemak adalah alasan lain mengapa orang yang mengonsumsi banyak junk food berisiko lebih tinggi mengalami depresi.

5) Membuat kamu memiliki keinginan makan tidak terkendali
Kadar gula darah setelah makan makanan manis bisa membuatmu merasa bahagia dan puas, tetapi dengan karbohidrat olahan makanan cepat saji, kadar gula darah kamu berfluktuasi dengan cepat.

Jika kadar gula turun ke tingkat yang sangat rendah, hal itu dapat menyebabkan kecemasan, kebingungan, dan kelelahan.

Dengan kandungan gula dan lemak yang tinggi dalam makanan cepat saji, kamu cenderung makan cepat dan banyak untuk memuaskan keinginan.

Ini dapat menanamkan perilaku tidak sabar saat menghadapi hal-hal lain. Makanan cepat saji sarat dengan perasa dan pengawet buatan yang meningkatkankan sikap hiperaktif.**(Feb)

Exit mobile version