Topcareer.id – Demam adalah salah satu gejala yang biasa dialami oleh pasien Covid-19, begitu pula dengan penderita dengue atau demam berdarah dengue (DBD). Meski, sama-sama memiliki gejala demam, kita tetap bisa membedakan mana yang Covid-19 dan mana yang dengue.
Perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, menjelaskan pola demam antara dengue dan Covid-19 berbeda. Pada demam dengue fase demam itu terjadi akibat diremia, diremia artinya di dalam darah ada virus yang beredar.
Demam seperti ini sulit diturunkan oleh obat karena penyebab demamnya itu ada terus dalam darah sampai biasanya kurang lebih 3 hari.
“Jika pasien minum obat penurun panas, maka demam akan turun namun tidak lama kemudian demam akan naik lagi. Jadi demam pada demam berdarah itu sulit diturunkan dengan obat turun panas,” kata Erni dalam keterangan persnya, dikutip Rabu (16/6/2021).
“Pasien akan banyak berkeringat karena efek samping dari obat turun panas tersebut dia berusaha menurunkan panas tapi di satu sisi penyebab demamnya ada terus di dalam darah,” ujarnya.
Baca juga: PPKM Mikro Diperpanjang Lagi, Ini Ketentuannya
Berbeda dengan demam Covid-19, demam ini bisa disertai dengan gejala respirasi yang lebih dominan seperti sesak napas, batuk, susah menelan anosmia (kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau).
“Bedanya dengan Covid-19 adalah pada dengue pola demamnya mendadak dan langsung tinggi,” ucapnya.
Perlu dipahami juga bahwa sebelum seseorang mengalami demam dengue, akan melalui masa inkubasi terlebih dahulu. Jadi penularan dengue tidak terjadi seketika tetapi ada masa inkubasinya selama 5-10 hari.
Masa inkubasi adalah fase saat virus masuk ke dalam darah namun belum menimbulkan gejala sampai kemudian jumlah virus cukup banyak dan beredar di dalam darah kemudian menimbulkan penyakit atau demam.
Erni menambahkan pada pasien demam dengue biasanya mengalami sakit kepala yang khas, yaitu sakit kepala di bagian depan kepala atau di belakang bola mata. Bagi anak-anak, demam dengue biasanya terjadi akut mendadak dan muka mengalami merah khas, tapi pada Covid-19 gejala tidak membuat muka merah.
Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Mulya Rahma Karyanti Sp.A(K) mengatakan yang dominan pada demam dengue adalah demam kemudian sakit kepala dan batuk pilek nya lebih ringan dibanding pada Covid-19.
“Demam dengue di hari ketiga setelah gigitan nyamuk harus menjadi perhatian penting, karena secara umum demam dengue itu infeksi terjadi di hari ke-3 sampai hari ke-6, itu masuk fase kritis yang bisa rawan di mana bisa meninggal kalau tidak diberikan cairan obat yang cukup,” katanya.
Kemudian pada Covid-19, penyakit yang biasa dikeluhkan berupa demam, itu bisa sampai 5 sampai 7 hari disertai batuk pilek yang lebih dominan dan makin tambah sesak, serta saturasi oksigennya menurun. Itu yang menurut dr. Mulya dianggap berat untuk kasus Covid-19 pada anak.
Lebih lanjut ia menjelaskan fase demam dengue antara lain dari hari kesatu sampai hari ketiga adalah fase demam, kemudian fase kritis antara hari ke-3 sampai ke-6, kemudian fase penyembuhan dari fase setelah hari ke-6.
Berbeda pada kasus Covid-19, pada minggu pertama terjadi demam, kemudian menjelang akhir minggu pertama ini antara hari ke-5 sampai hari ke-7 mulai ada gejala gejala respiratorik seperti sesak, batuk pilek. Di sinilah tanda-tanda biasanya makin berat.