Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Tuesday, March 19, 2024
redaksi@topcareer.id
Lifestyle

Ragam Masalah Mental yang Membuat Kita Gila Belanja (Bagian 2)

Topcareer.id – Belanja memang menyenangkan, namun jika kegiatan itu jadi sebuah keharusan, bahkan setiap hari, bisa jadi sedang ada yang tidak beres dengan kamu.

Ya, seperti dikutip dari VWM, kecanduan belanja, atau bahasa gaulnya shoppaholic, rupanya mencirikan kemungkinan beberapa gangguan mental.

Gangguan-gangguan ini penting untuk segera didalami, agar tidak semakin menimbulkan masalah di kemudian hari.

Berikut gangguan mental yang mungkin dimiliki para shoppaholic.

Bagian akhir dari artikel

Kontrol impuls yang buruk
Memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu memang wajar. Namun, jika berlebih dan sulit dikendalikan ini akan menjadi masalah tersendiri.

Ini termasuk keinginan untuk berbelanja yang tak tertahankan.

Dalam hal shoppaholic, pemicunya bisa beragam, salah satunya mungkin bisa berupa iklan yang menarik pesta diskon untuk barang-barang yang tak perlu.

Baca juga: 6 Zodiak yang Paling Sulit Jatuh Cinta

Terjebak fantasi
Beberapa shoppaholic terbiasa berfantasi tentang serunya berbelanja. Mereka juga membayangkan semua konsekuensi positif dari hasil kegiatan mereka.

Dengan berbelanja, mereka merasa dapat melarikan diri ke dunia fantasi, untuk melarikan diri dari kenyataan hidup yang keras.

Materialistis
Penelitian menunjukkan bahwa shoppaholic lebih materialistis daripada pembeli lain, tetapi ada kompleksitas dalam kecintaan mereka pada harta benda.

Mereka secara mengejutkan juga sebenarnya tidak tertarik untuk memiliki harta benda, dan hanya mementingkan pengalaman belanjanya.

Ini menjelaskan mengapa shoppaholic sering membeli hal-hal yang tidak mereka butuhkan atau gunakan.

Jadi bagaimana mereka lebih materialistis? Nah, ada dua dimensi lain dari materialisme, iri hati, dan non-kedermawanan. Inilah yang menjadi kelemahan para shoppaholic.

Bagi sebagian dari mereka, belanja tampaknya merupakan upaya untuk “membeli” cinta dan meningkatkan status sosial, bukan semata-mata untuk memiliki benda tertentu.**(Feb)

the authorSherley Agnesia

Leave a Reply