TopCareerID

Kisah Relawan Terpapar Covid-19, Tidak Kapok dan Tetap Bangkit

Relawan Covid-19 Kelurahan Kepatihan Kulon, Kecamatan Jebres, Surakarta. (istimewa)

Relawan Covid-19 Kelurahan Kepatihan Kulon, Kecamatan Jebres, Surakarta. (istimewa)

Topcareer.id – Salah satu relawan Covid-19 di Surakarta, Dwi Adma Rahayu, mengaku bahwa dirinya tidak pernah kapok menjadi relawan Covid-19 meski ia pernah terpapar Covid dan harus isolasi mandiri selama 14 hari. Ia malah cepat bangkit setelah dipastikan pulih dan sembuh dari virus menular ini.

Perempuan yang akrab disapa Yayuk ini pernah terpapar Covid-19 pada 17 Juli 2021 lalu, setelah selama pandemic bekerja sukarela menjadi petugas logistik untuk warga yang isolasi mandiri di wilayah Kelurahan Kepatihan Kulon, Kecamatan Jebres, Surakarta.

“Baru 5 Agustus kemarin sembuh. Sekarang sudah berkegiatan lagi, Puji Tuhan sudah sehat,” kata Yayuk kepada Topcareer.id via telepon, Senin (16/8/2021).

“Tidak kapok, tidak berhenti begitu saja. Saya ingin terus menjadi relawan. Ya mudah-mudahan pandemi ini cepat selesai, biar tidak ada korban-korban lagi,” jawab Yayuk ketika Topcareer.id bertanya apakah ia tidak kapok setelah terpapar Covid-19 ketika bertugas sebagai relawan.

Ia mengaku selama menjadi relawan, protokol kesehatan dijalankan secara ketat, mulai dari memakai masker dobel, rajin mencuci tangan setiap pergi ke suatu tempat, menjaga imun agar tetap sehat dengan konsumsi vitamin.

Ia juga sudah menerima vaksin di awal-awal program vaksinasi Covid-19, sehingga ia tak mengalami gejala Covid-19 yang parah, cukup menjalani isolasi mandiri di rumah.

Tidak merasa kapok setelah terpapar Covid-19, Yayuk juga mengatakan dirinya tidak merasa takut ketika mengajukan diri sebagai relawan Covid-19 di awal-awal pandemi. Padahal kala itu, pandemi Covid-19 adalah virus baru yang mewabah di mana-mana dan dinilai berbahaya.

Baca juga: Menaker Terbitkan Aturan Soal WFO, WFH, Dan PHK, Ini Rinciannya

“Pertama ada yang meninggal (karena covid-19) itu sempat khawatir, tepi setalah berjalannya waktu memang kita sebagai relawan harus siap, itu risikonya. Jadi saya tidak ada takut-takut lagi,” ucap ibu rumah tangga ini.

Antar Makanan Warga, Pagi Siang Malam

Yayuk ditugaskan untuk mengantar logistik atau makanan dan bahan makanan kepada warga yang melakukan isolasi mandiri di rumah. Ia menuturkan, pernah ada masa ketika lonjakan kasus Covid-19 terjadi, ia mengantarkan makanan ke banyak warga mulai pagi, siang, hingga malam selama 14 hari.

Biasanya, kata Yayuk, logistik yang dikirim ke rumah warga, yakni berupa bahan pokok (sembako) seperti beras, gula, minyak, mie instan. Pengiriman logistik ini juga tergantung kondisi warga yang sedang isoman tersebut.

“Kami biasanya konfirmasi dulu sama yang isoman sanggup masak atau enggak. Kalau enggak bisa masak ya kita menyiapkan makanan siap saji, tapi kalau kondisi OTG atau enggak ada gejala, saya kirim bahan-bahan sayuran mentah, jadi bisa masak sendiri,” tutur Yayuk.

Selain bahan makanan, warga yang isolasi mandiri juga akan diberikan obat atau vitamin sesuai yang dibutuhkan. Sebelumnya, relawan akan intens komunikasi dengan pasien Covid kemudian disambungkan ke pihak Puskesmas. Dari situ, barulah ditentukan obat atau vitamin apa yang tepat.

Namun, kini ia cukup terbantu lantaran ada program “Jogo Tonggo” di mana warga bergantian memberikan logistik kepada pasien Covid-19 yang isoman atas arahan relawan dan ketua RT wilayah.

“Jadi warga sekitar memberikan bergantian ngasih logistik. RT woro-woro ke warga sekitar kalau ada warga desa isoman, baru kita bantu untuk logistiknya. Yang kemarin awal-awal itu saya full, pagi siang sore itu 14 hari.”

Exit mobile version