Topcareer.id – Program pandemi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berencana mengirimkan 100 juta dosis suntikan Sinovac dan Sinopharm COVID-19 pada akhir September.
Sebagian besar pengiriman ditujukan ke Afrika dan Asia, sebuah dokumen WHO menunjukkan.
Pengiriman dari China akan membantu program berbagi vaksin COVAX global yang gagal, yang jauh di belakang janjinya untuk mengirimkan 2 miliar dosis tahun ini.
Hal tersebut juga dapat meningkatkan upaya diplomasi vaksin Beijing meskipun ada kekhawatiran atas kemanjuran vaksin China yang telah ditolak atau dipasangkan dengan booster dari vakasin buatan produsen Barat oleh beberapa negara penerima.
Dari 100 juta vaksin China yang akan dikirimkan WHO, setengahnya akan disediakan oleh Sinopharm dan setengahnya lagi oleh Sinovac.
Sekitar 10 juta suntikan Sinopharm telah dikirim pada pertengahan Agustus, kata juru bicara Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) yang memimpin COVAX.
Vaksin China telah dialokasikan ke 60 negara, sebagian besar di Afrika, yang diperkirakan akan menerima sepertiga dari 100 juta dosis.
Namun, tidak semua negara menginginkan vaksin China.
Baca juga: Ini yang Lebih Penting dari Vaksin Booster menurut WHO
Afrika Selatan terdaftar oleh COVAX sebagai salah satu penerima suntikan China terbesar di Afrika dengan alokasi 2,5 juta dosis Sinovac, tetapi negara itu saat ini belum mau menerima vaksin.
“Tidak ada informasi yang cukup tentang efektivitas terhadap varian Delta dan tidak ada data tentang Sinovac pada populasi dengan HIV,” kata Nicholas Crisp, wakil direktur jenderal di departemen kesehatan yang mengawasi peluncuran vaksin.
“Kami belum menerima COVAX Sinovac karena terlalu dini dalam proses evaluasi dan perencanaan kami,” katanya kepada Reuters.
Sinovac belum menanggapi permintaan komentar tentang sikap Afrika Selatan.
Sementara itu Nigeria telah menyetujui vaksin China tetapi menyebutnya hanya sebagai opsi “potensial” untuk kampanye inokulasi negara itu.**(Feb)