Topcareer.id – Perkembangan pandemi Covid-19 di tingkat global sedang menghadapi gelombang ke-3 atau puncak ketiga pada September 2021. Pemerintah melalui Satgas Penanganan Covid-19 berupaya semaksimal mungkin agar Indonesia terhindar dari gelombang ketiga Covid-19.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito memaparkan perkembangan di beberapa negara dibandingkan Indonesia.
Jika melihat pola Indonesia, puncak pertama sejajar dengan negara-negara lain pada Januari 2021. Namun, ketika dunia dan negara-negara lain mengalami puncak kedua pada April 2021, Indonesia masih mengalami penurunan kasus.
“Situasi Covid-19 di Indonesia terus membaik. Hal ini tercermin dari angka positif yang terus menurun dan juga jumlah testing dan tracing yang terus meningkat. Meski demikian, Pemerintah akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk mengendalikannya,” kata Wiku dalam keterangan pers, Kamis (16/9/2021).
Jika melihat perkembangan di Indonesia, puncak kedua Covid-19 terjadi pada Juli 2021. Negara lain dan dunia tidak mengalami hal yang sama. Apalagi pada September ini, saat kasus di Indonesia terus menurun, kasus dunia masih mengalami gelombang ke-3 atau puncak ketiga.
“Lonjakan kedua di Indonesia tidak diikuti lonjakan kasus dunia. Hal ini menunjukkan bahwa meski Indonesia mengalami peningkatan kasus yang signifikan, namun tidak cukup signifikan untuk berkontribusi terhadap peningkatan kasus global,” lanjut Wiku.
Hal yang baik ini dikarenakan kasus di Indonesia segera ditangani. Sehingga pada kurva kasusnya menunjukkan kemiringan yang landai, tidak seperti negara lain yang mengalami lonjakan ketiga.
Baca juga: Pemerintah Batasi Pintu Masuk Internasional, Cegah Varian Covid Baru
Untuk itu, dalam mempertahankan perkembangan baik ini, ada tugas utama yang harus dilakukan bersama, ialah mempertahankan kurva miring ini. Ada dua pelajaran yang harus diperhatikan.
Pertama, kata Wiku, kunci menjaga penurunan kasus ini adalah dengan serius menjaga protokol kesehatan sejalan dengan dibukanya kembali kegiatan sosial kemasyarakatan.
Varian mutan seperti Delta memang terbukti lebih cepat dalam penularannya, namun perlu dicatat bahwa meskipun varian tersebut ditemukan di India pada Oktober 2020, kasusnya baru melonjak pada April 2021. Sama dengan Indonesia, di mana varian tersebut ditemukan pada Januari 2021 tetapi kasus baru melonjak pada bulan Juli.
“Jelas bahwa lonjakan kasus terjadi bukan semata-mata akibat varian delta tetapi akibat aktivitas sosial masyarakat yang tidak sejalan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Jika kita mampu membatasi aktivitas sosial, dampak mutasi varian tidak akan menyebabkan lonjakan kasus yang signifikan,” lanjut Wiku.
Kedua, dengan melihat pola lonjakan di Indonesia selama 3 bulan, dan dari lonjakan di dunia juga India, Malaysia dan Jepang, waspada dan tetap disiplin protokol kesehatan diharuskan agar Indonesia mengalami lonjakan ketiga dalam beberapa bulan ke depan.
“Kita bisa belajar dari India karena kasus-kasus di negara ini telah mendatar selama 2,5 bulan terakhir meskipun sebelumnya mengalami peningkatan yang signifikan,” ujar Wiku.