TopCareerID

2 Hal yang Harus Diperhatikan Penyintas Covid-19 Jika Mau Vaksinasi

Booster jadi syarat untuk mudik.

Vaksin. Dok/Pharmaceutical Technology

Topcareer.id – Berdasarkan anjuran Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), pemerintah sudah memperbolehkan para penyintas COVID-19 untuk melakukan vaksinasi COVID-19.

Hal ini berdasarkan banyak penelitian saat ini yang menyatakan bahwa seseorang yang pernah mengalami infeksi COVID-19 dengan gejala sangat ringan atau tanpa gejala, memiliki tingkat antibodi yang sangat rendah.

Hal inilah yang menjadi alasan mengapa penyintas COVID-19 juga perlu mendapatkan vaksinasi.

Meski demikian, Kepala Ilmuwan WHO, Dr. Soumya Swaminathan mengatakan ada 2 hal utama yang harus diperhatikan ketika seorang penyintas COVID-19 hendak melakukan vaksinasi.

Pertama adalah waktu. Dimana Soumnya menyarankan agar para penyintas COVID-19 menunggu beberapa minggu untuk melakukan suntikan setelah pulih dari COVID-19nya.

Yang perlu dicatat, beberapa negara memiliki jangka waktu pemberian vaksin untuk para penyintas yang berbeda-beda. Ada beberapa negara yang merekomendasikan agar orang menunggu selama 3 bulan, namun ada juga negara yang menganjurkan menunggu hingga 6 bulan setelah terinfeksi.

Baca juga: Kemnaker Siapkan Kuota Kartu Prakerja untuk CPMI

“Ini karena Anda memiliki antibodi alami yang akan membuat Anda terlindungi setidaknya selama itu. Dan ada banyak negara yang kekurangan pasokan vaksin sehingga mereka meminta orang yang telah terinfeksi untuk menunggu selama tiga atau enam bulan.”

Namun, dari sudut pandang ilmiah dan biologis, para penyintas ini dapat mengambil vaksin segera setelah mereka dinyatakan sepenuhnya pulih dari COVID-19.

Lebih lanjut Soumya mengatakan hal kedua yang perlu diperhatikan penyintas COVID-19 yang mau melakukan vaksinasi yakni antibodi.

Dimana ada perbedaan kondisi antibodi seseorang yang belum melakukan vaksin dan seseorang yang telah melakukan vaksin dosis lengkap COVID-19. Sehingga jenis kekebalan yang berkembang setelah infeksi alami bervariasi dari orang ke orang, dan sangat sulit untuk diprediksi.

“Ada penelitian yang sangat menarik yang sedang berlangsung sekarang untuk melihat respon imun ketika seseorang memiliki dosis vaksin setelah mengalami infeksi alami dan juga ketika dua jenis vaksin yang berbeda diberikan satu demi satu, sehingga disebut pendekatan mix and match,” paparnya.

Oleh sebab itu, para ilmuwan percaya bahwa jenis pendekatan hibrida ini sebenarnya dapat memberi respons kekebalan yang jauh lebih kuat daripada sekadar infeksi alami saja.**(Feb)

Exit mobile version